Di Indonesia, 80 Persen Pemain Barongsai Non Tionghoa

BARONGSAI - Persobarin melansir, 80 persen pemain barongsai non Tionghoa.

MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Apresiasi pelaku olahraga terhadap barongsai sudah ditunjukkan Persatuan Seni Olahraga Barongsai Indonesia (Persobarin) dengan menggelar berbagai perhelatan seperti kejuaraan barongsai, baik tingkat nasional maupun internasional.

Di Makassar, Persobarin Sulsel bersama pihak pengelola Mall GTC, sejak 2005 lalu telah mengadakan acara bertajuk Kejuaraan Nasional Barongsai Celebes Open. Kegiatan dimaksudkan untuk melahirkan bibit andal olahragawan dari cabang barongsai.

Hal itu diungkapkan Sekretaris Persobarin Sulsel, Syahrir Ge saat ditemui belum lama ini di sela persiapan Kejuaraan Nasional Barongsai Celebes Open 2016 di Mall GTC, Jalan HM Daeng Patompo, Tanjung Bunga, Makassar.

Menurut pengusaha ekspedisi ini, kegiatan yang dilakukan pihaknya mendapat sokongan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulsel agar nantinya cabang yang baru pertama kali dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 di Jawa Barat ini bisa menyumbangkan medali.

“Persiapan dari tahun ke tahun kami lakukan sebaik mungkin. Tahun ini, persiapan yang kami lakukan lebih matang. Ini bisa dilihat dari partisipasi peserta yang mengikuti kejuaraan barongsai yang membeludak. Tahun sebelumnya, peserta hanya diikuti belasantim, namun tahun ini diikuti puluhan tim,” jelas Syahrir.

Kelahiran Tanjungbalai, Sumatera Utara, 9 Juni 1975 menambahkan, dengan dimasukkannya barongsai sebagai salah satu cabang olahraga di PON, pihaknya mengupayakan tim-tim barongsai Sulsel berlatih sekeras mungkin agar dapat berkompetisi dengan tim barongsai dari daerah lain.

Syahrir menyebut, beberapa tim barongsai Sulsel sudah menunjukkan performa gemilang. Dicontohkan, satu tim barongsai Sulsel, Naga Langit meraih juara harapan satu dalam kejuaraan barongsai tingkat internasional di Jakarta beberapa tahun lalu.

Suami Juliana Kurnia memaparkan, perkembangan barongsai sudah sangat maju, tidak lagi sekadar atraksi seni seperti saat masuk pertama kali di Nusantara pada abad ke-17 yang dibawa orang Tionghoa dari Tiongkok.

“Saat ini, barongsai sudah dimainkan semua kalangan, tidak hanya dari etnik Tionghoa tetapi semua suku yang ada di Indonesia. Dari pemantauan, daerah-daerah yang kami telusuri seperti Jakarta, Surabaya, dan Makassar, rata-rata pemain barongsai, bahkan 80 persen dimainkan kalangan non Tionghoa,” ungkap ayah Santika Vimala Gani.

Untuk itulah, pria yang lahir di bawah naungan shio kelinci tersebut, berharap semua pihak dapat mendukung pengembangan olahraga barongsai, sehingga dapat berkiprah lebih baik di kancah nasional maupun internasional.

Comment