Merck Kerja Sama Kemenkes RI Berupaya Atasi Tiroid

MEDIAWARTA.COM, JAKARTA – Menyambut Pekan Kesadaran Tiroid Internasional (PKTI) kedelapan pada 2016, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) didukung Merck, perusahaan sains dan teknologi terkemuka, mengajak seluruh masyarakat untuk mewaspadai gangguan tiroid.

Gangguan tiroid dapat menyerang semua individu berbagai usia. Gangguan tiroid yang tidak ditangani cepat dan tepat, dapat mempengaruhi kualitas kehidupan sehari-hari dan memiliki dampak psikologis yang memberatkan. Gangguan tiroid merupakan penyakit yang mengenai kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin berbentuk kupu-kupu yang terletak di bagian depan leher tepat di bawah jakun.

Kelenjar ini memproduksi hormon yang dapat mempengaruhi setiap sel, jaringan, dan setiap organ tubuh. Hormon tersebut akan membantu tubuh untuk menggunakan energi agar tetap hangat, serta membuat otak, jantung, otot, dan organ lainnya bekerja sebagaimana mestinya.

Divisi Metabolik Endokrin Rumah Sakit (RS) Cipto Mangunkusumo, Dr Imam Subekti, menjelaskan, gangguan fungsi tiroid seringkali sulit diidentifikasi karena gejalanya mirip penyakit lainnya.

Menurutnya, gangguan tiroid dapat memiliki berbagai bentuk, yaitu gangguan kelainan fungsi hipertiroid (kelenjar tiroid memproduksi terlalu banyak hormon tiroid) dan hipotiroid (kelenjar tiroid tidak cukup memproduksi hormon tiroid), kelainan bentuk kelenjar tiroid berupa struma atau nodul, kanker tiroid serta gangguan dalam bentuk peradangan.

“Gangguan tiroid dapat mengakibatkan risiko gangguan kesehatan yang serius pada usia dewasa seperti jantung, osteoporosis, dan infertilitas. Pada ibu hamil, gangguan tiroid bahkan dapat meningkatkan risiko keguguran dan kelahiran premature,” terangnya.

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Aman Bhakti Pulungan, menambahkan, anak-anak juga tidak lepas dari risiko terkena gangguan tiroid.

“Pada anak-anak, hormon tiroid berperan penting untuk perkembangan otak dan tumbuh kembang. Gangguan tiroid dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan gangguan perilaku pada anak-anak,” imbuhnya.

Aman mengungkapkan, gangguan kelenjar tiroid bisa terjadi sejak lahir (Hipotiroid Kongenital) dan dapat mengakibatkan kelainan retardasi mental pada bayi baru lahir. Prevalensi hipotiroid kongenital di seluruh dunia 1:3000 dengan prevalensi 1:900 di daerah endemik tinggi.

“Jika angka kelahiran sebanyak lima juta bayi per tahun di Indonesia, maka akan terdapat lebih 1.600 bayi dengan hipotiroid kongenital per tahun yang akan terakumulasi setiap tahunnya,” bebernya.

Untuk itu, ia menyarankan perlunya kolaborasi sinergi berkelanjutan antara pemerintah dan swasta untuk menghadapi ganguan tiroid secara komprehensif. Sebagai salah satu wujud komitmen untuk membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat, Merck turut serta dalam kolaborasi tersebut.

Merck Indonesia berupaya untuk membuat inisiatif bermakna bagi pasien yang mengalami gangguan tiroid, melanjutkan komitmen setelah penandatanganan nota kesepahaman dengan Kemenkes RI pada Agustus 2014 lalu.

Sekadar diketahui, Merck adalah perusahaan sains dan teknologi dalam sektor kesehatan, life science, dan performance materials. Sebanyak 40 ribu karyawan bekerja untuk mengembangkan teknologi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas kehidupan dari terapi biofarma untuk pengobatan kanker atau multiple sclerosis, sistem mutakhir untuk riset dan produksi ilmiah, hingga kristal cair untuk smartphone dan televisi LCD.

Singgih Wahyu Nugraha/Foto: Dok Merck

Comment