Aku Tak Bisa Mencintaimu Lagi

Foto: Istimewa

Tidak saling mengenal. Tapi swear saja, Bagosa sudah tertarik ketika melihat Aldi untuk pertama kali. Makanya acara tabrakan di kantin itu bisa jadi sarana yang menyenangkan untuk Bagosa karena bisa lebih mengenal Aldi.

Sesuatu kemudian akhirnya memang berlanjut. Yakin saja bahwa cowok pendiam seperti Aldi, jatuhnya justru pada cewek-cewek seperti dirinya.

Dan kenyataan itu terjadi. Tapi sayangnya, Bagosa tidak pernah memperhitungkan yang lain. Kecuekannya yang disenangi Aldi ternyata sulit untuk diterima oleh Mama Aldi.

“Gue udah dapat cowok Solo. Asli, lho. Kalem orangnya. Yakin deh, kalau bukan gue yang selingkuh, pasti hubungan kita akan awet selamanya,” begitu SMS yang Bagosa kirim untuk teman-temannya di Jakarta.

“Bagosa….”

Sentuhan jemari Aldi pada rambut Bagosa membuat Bagosa mau tidak mau harus memperhatikan Aldi.

“Kamu marah?”

“Masalahnya….”

“Yang tidak cocok cuma Mama, kan? Kedua adikku justru dekat denganmu. Kitty beberapa hari belakangan ini sering menanyakan kamu. Ada konser musik grup kesayangannya yang akan tampil di GOR Manahan. Dia ingin mengajakmu.”

“Masalahnya….”

“Aku kan bisa merayu Mama.”

Bagosa terdiam untuk beberapa saat. Kasihan juga sebenarnya melihat wajah Aldi yang memelas. Tapi sakit di hatinya belum bisa hilang cepat. Yang ada cuma bayangan Mama Aldi dengan senyum sinis dan kalimat yang meluncur menyakitkan.

“Bagosa….”

“Tidak tertarik dekat dengan gadis-gadis yang ditawarkan Mamamu?”

“Kamu….”

“Kalau kamu tertarik, sebelum yang ada di hati semakin besar, aku bisa mundur. Masih banyak cadanganku.” Sengaja kalimat itu diucapkan Bagosa. Ditambahi dengan gerakan tangan Bagosa yang melambai ke arah beberapa cowok yang melintasinya. Lalu tertawa menggoda mereka.

“Mungkin Mama benar…,” pada akhirnya Aldi melangkah meninggalkan Bagosa tanpa menoleh lagi.

Dan Bagosa tidak mengerti, ia harus tertawa atau menangis untuk saat ini.

***

Rumah besar berkesan angkuh yang terletak di jalan Slamet Riyadi itu, sebenarnya sudah ingin Bagosa tinggalkan beberapa waktu yang lalu ketika keputusasaan telah menderanya. Tekadnya sudah bulat. Ia tidak ingin terikat dengan cowok cengeng. Begitu banyak cowok yang jatuh cinta padanya, lalu kenapa ia harus bersandar pada Aldi yang berada di bawah pengaruh sangat kuat dari Mamanya?

Bagosa mengusap wajahnya.

Berapa lama ia tidak menjumpai Aldi? Seminggu? Dua minggu? Rasanya lebih. Dan ia tidak berniat menghitungnya karena sudah ia tanamkan dalam-dalam bahwa Aldi cuma bagian kecil dari kehidupannya di kota kecil seperti Solo.

“Mas Aldi tabrakan. Gara-gara Mama, sih. Sepanjang perjalanan Mama ngomel terus sama Mas Aldi. Trus, Mas Aldi jadi tidak konsentrasi. Trus…,” begitu pengakuan Kitty pada Bagosa di telepon. Isak tangisnya jelas sekali membuat Bagosa yang hampir terlelap tidur jadi lantas membuka matanya lebar-lebar.

Bagosa masih diam menyimak.

“Di rumah sakit, cuma nama Mbak Bagosa yang dipanggil-panggil. Kasihan, kan?”

Comment