Menikah dengan Arwah

Foto: Istimewa

“Aku ingin menikah dengan A Ching!”

“Apa?!”

Mao Hua terkesiap, melotot dengan mata sebesar bola pingpong. Ia menatap lamat wajah tirus di depannya. Mengernyit dengan rupa baur. Tiba-tiba merasa ngeri. Takut dengan praduga yang mengisi memori kepalanya. Gadis itu sudah gila!

Lee Shiaw Ping pun menceritakan perihal mimpinya. Tiga malam kisah serupa hadir mengusik tidurnya. Tentang permintaan Mao Ching untuk dinikahinya, sebelum arwahnya melayang dijemput Yangtze Gui! Ia bersikeras untuk melaksanakan permintaan arwah Mao Ching. Sebab hanya cara itulah satu-satunya untuk dapat menolongnya keluar dari petaka!

“Mimpi!”

“Aku tidak bohong, Kak!”

“Kamu gila!”

“Tapi, aku harus menolong arwah A Ching, Kak! Apapun yang terjadi!”

“Meskipun kamu ditertawakan sedang gila?!”

“Tiga hari aku mimpi serupa. Tidak mungkin hanya kebetulan. Arwah A Ching pasti dalam bahaya besar! Dia perlu segera ditolong, Kak!”

“Hei, jangan pikir aku akan mengundang seluruh kerabat yang ada di Shanghai ini untuk menghadiri pesta pernikahan arwah Mao Ching dengan Lee Shiaw Ping!”

“Tapi….”

“Depresi, trauma psikis, dan juga kesedihan yang berlebihan, memang selalu menghadirkan fenomena aneh. Sesaat memang seperti nyata!”

“Tapi….”

“Tapi, semua itu cuma halusinasi! Impuls untuk tetap melekat pada sesuatu yang hilang memang berefek buruk. Labilitas kejiwaan itu masuk dalam stadium psikopat ringan. Dan aku tidak ingin gejala penyakit ringan itu mengakut, Ping. Jangan menyesal kalau semuanya sudah terlambat saat kamu divonis gila oleh dokter jiwa!”

“Kak!”

Gadis itu tersinggung. Air matanya menitik. Ia sakit hati. Tidak ada kesempatan untuk menolong arwah Mao Ching dari rongrongan Yangtze Gui!

“Sudahlah, Ping! Aku tahu bagaimana rasanya sakit kehilangan orang yang kita cintai. Kamu sedih, aku lebih sedih!”

“Ta-tapi….”

“Ingat, dia itu adik kandungku satu-satunya! Papa dan Mamaku terlebih-lebih. Semuanya sedih!”

“Ak-aku….”

“Sekarang, tolong kamu jangan ungkit-ungkit orang yang sudah meninggal begitu. Tolong kamu jangan usik ketenteraman dia di alam sana lagi. Aku sedih kamu tidak rasional begitu, Ping! Aku sedih sekali!”

Tangis gadis berambut mayang itu menderas. Dadanya sesak. Ia dipaksa untuk berpikir realistis. Menggebah irasionalitas yang mengganggu alam pikirannya tiga hari belakangan ini.

Hatinya seperti mengucurkan darah.

Biodata Penulis:

Effendy Wongso, lahir di Bone, 13 Juni 1970. Cerpen-cerpennya tersebar hampir di seluruh majalah remaja nasional. Nominator Lomba Cipta Cerpen Remaja (LCCR) Anita Cemerlang empat tahun berturut-turut, sekaligus salah seorang pengarang paling produktif versi majalah Anita Cemerlang 1996 ini, pernah tercatat sebagai koresponden majalah Anita Cemerlang (1996-1998), pemimpin redaksi majalah Planet Pop (1999-2000), dan Redaktur Pelaksana di majalah Makassar Terkini (2008-2009).

Comment