Merah Harga Diri

Foto: Istimewa

Hanya itu. Tapi itu sudah cukup membuat bulu kuduk saya meremang. Ketakutan yang semakin memuncak, yang mendaki pesat ke titik kengerian, membelit hati saya.

Saya mulai mengerti senyum Giyar kemarin. Inilah. Sikap saya yang mendadak tertutup kepadanya kemarin, dengan tak mengizinkannya mengambil sendiri stabilo dalam laci ternyata telah menalikan suatu kesimpulan yang pasti dalam benaknya.

Ya, dengan sikap saya yang seperti itu, ia pasti menduga, saya menyembunyikan sesuatu. Dan sesuatu itu adalah badik! Tuhan, betapa tololnya saya. Saya sesali sikap saya yang kemarin. Saya sesali kekhilafan saya meninggalkan kunci laci di saku celana. Jadinya? O, God, semua ini kesalahan saya!

Saya berbalik keluar, hendak menyusul Giyar. Tapi di halaman saya jadi bingung sendiri. Menyusul kemana? Saya lihat biasan jingga di kaki langit. Sudah sore, hampir magrib malah. Tak mungkin Rudi masih di kampus. Menyusul ke rumahnya? Lha, rumahnya di mana?

Lunglai, saya berbalik lagi, masuk ke rumah. Saya enyakkan tubuh ke kursi. Seluruh persendian saya bagai lemas didera ketakutan. Mengapa zaman mengharuskan laki-laki menempatkan harga diri di atas segala?

Saya mengeluh. Detak jam dinding seperti mengalirkan udara kecemasan. Tak ada yang bisa saya lakukan lagi, selain menunggu.

Ya, menunggu.

Barangkali saja Giyar berubah pikiran, dan ia akan muncul di bingkai pintu dengan kearifan baru. Atau… barangkali juga seseorang akan tiba di sini, menggemakan kabar paling buruk sepanjang segala abad. Entah siapa. Entah dari mana.

Biodata Penulis:

Rahmat Taufik RT, juga dikenal sebagai Taufik Daraming Tahir. Penulis kelahiran Watampone ini merupakan penulis skenario sinetron pada beberapa production house di Jakarta. Alumni SMA Negeri 1 Watampone dan alumni Fisipol Unhas Makassar ini sangat produktif menelurkan cerpen maupun cerber di berbagai majalah remaja nasional. Cerpennya yang berjudul “Merah Harga Diri” berhasil terpilih sebagai Pemenang Harapan Sayembara Mengarang Gadis 1990. Cerpennya, “Atas Nama Cinta yang Wangi” juga menjadi Juara Harapan III pada Lomba Cipta Cerpen Remaja (LCCR) Anita Cemerlang 1994. Ia juga pernah dinobatkan sebagai salah seorang pengarang paling produktif versi majalah Anita Cemerlang pada 1994.

Comment