Tentang Mama

Foto: Istimewa

Aku terlongo! Ini pasti salah lihat. Isi laci itu…! Isi laci itu…! Astaga! Kertas-kertas yang dirawat begitu hati-hati dan sungguh-sungguh. Kebetulan kertas-kertas itu adalah keras yang berisi dengan coretan-coretan alias gambar-gambarku. Mama menyimpannya?! Semuanya?! Bahkan gambar yang disitanya, ketika secara diam-diam kubuat pada empat hari yang lalu. Bahkan yang satu ini….

Aduh! Ada satu gambarku, yang kubuat di usia enam tahun, yang dibingkainya dengan begitu apik. Astaga! Bagusan bingkainya daripada gambarnya. Aku tahu, aku memang sangat berbakat menggambar. Tapi aku sadar dan mengaku kalau gambar itu terlalu buruk untuk diberi bingkai seindah itu.

Kemudian aku juga melihat dua buah album foto. Kuraih salah satu. Hm, semua berisi foto Yoshan sejak ia masih digendong suster rumah sakit, hingga bermain gitar di tempat indekosnya.

Yang satu lagi….

Penuh prasangka, kubuka perlahan. Ternyata, memang fotoku isinya. Sejak aku masih berwarna merah, hingga minggu lalu, saat aku ketiduran di depan TV. Ya, ampun. Sejak kapan Mama mengumpulkan dan mendokumentasikan semua ini? Aku terperangah.

Lima menit lewat sia-sia. Kutatap isi laci itu sekali lagi, untuk meyakinkan akan kenyataan. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku tak tahu makna semua ini. Aku bingung!

Aku menatap ke foto Mama di atas meja rias. Bertanya dengan penuh keraguan, masih adakah kasihnya untukku? Perlahan aku melihat ke dinding yang selama ini menyembunyikan jawaban itu, rontok secercah. Dan akan disusul dengan cercah lain.

Aku tak tahu. Apa yang harus kulakukan. Semua terlalu tiba-tiba. Mungkin otakku terlalu dangkal untuk menerima semua ini. Apakah aku harus mencoba untuk pulang dari segala pelarian dan pemberontakanku? Atau aku harus mencoba mengajak Mama berbicara dari hati ke hati? Mengatakan betapa tertekannya aku di balik bayangan obsesinya selama ini?

Entah!

Tapi yang pertama kali kulakukan, adalah mengeluarkan pil-pil kecil yang belum sempat kucicipi. Dengan penuh keyakinan, kuinjak hingga remuk.

Akan kubakar setelah ini!

Biodata Penulis:

Alexandra I Yunadi, penulis muda brilian kelahiran Jakarta ini, merupakan salah seorang pengarang “langka” di Indonesia. Pasalnya, nyaris tidak pernah ada penulis yang berhasil menjuarai lomba atau sayembara mengarang untuk dua karya kategori bersamaan. Namun, alumni SMA Gonzaga Jakarta ini membuktikan dirinya bisa. Terbukti, pada ajang Lomba Cipta Cerpen Remaja (LCCR) Anita Cemerlang 1996, ia merebut dua trofi sebagai Juara Pertama lewat cerpen berjudul ‘Dua Belas Pendar Bintang’ dan Juara Harapan lewat ‘Tentang Mama’. Sudah tak terbilang cerpennya mewarnai majalah nasional, sebut saja Anita Cemerlang, Gadis, Kawanku, Aneka Yess!, Planet Pop, dan masih banyak media cetak lainnya. Alumni Bachelor of Arts in Psychology Indiana University of Pennsylvania, Amerika Serikat ini pernah menjadi writer Majalah Bobo. Saat ini, ia aktif menulis skenario film dan novel Teenlit. Beberapa novelnya, ‘Dua Belas Pendar Bintang’ dan ‘Dua Pasang Mata’ (Gramedia Pustaka Utama) menjadi salah satu novel remaja terlaris saat ini.

Comment