Makcomblang

Foto: Istimewa

Makcomblang
Oleh Tri Astuti Oktavianti

MEDIAWARTA.COM – Sahabat itu adalah orang dekat yang kenal kita, tetapi tidak ada hubungan darah dengan kita. Bisa dikatakan seorang sahabat jika kita sudah kenal dia lama, dan tentu saja dia bisa mengerti kita. Atau, paling tidak selalu ada pada saat kita senang maupun susah. Sudah jadi bagian dari hidup kita.

Aku selalu memegang teguh pada kalimat bijak yang pernah dilontarkan George Washington: ‘Persahabatan sejati adalah serupa tanaman yang tumbuh perlahan, dan harus mengalami serta menahan banyak hantaman kesulitan sebelum layak menyandang gelar sebagai persahabatan.’

Setidaknya itulah defenisi sahabat, menurutku. Dan tentu saja aku sudah menemukannya. Nama sahabatku itu, Ayu Karin. Kita berteman dari masih pakai rok biru sampai sekarang sudah pakai baju kantoran.

Aku pikir Ayu, panggilanku untuknya, salah satu orang yang bisa membuatku nyaman selain keluargaku tentu saja. Ayu selalu ada jika aku lagi sedih. Tentu saja karena dirongrong banyak persoalan. Tidak problem keluarga, pacar, sampai politik kantor yang membikin aku down so long.

Well, dia jugalah satu-satunya orang yang tidak mengatakan aku salah walaupun dunia menyalahkanku atas tindakan bodoh yang pernah kulakukan, entah, apa saja. Dan dia juga siap menjadi satu-satunya orang yang menyediakan bahunya jika aku menangis tersedu-sedu. Shoulder to cry on! Pokoknya, Ayu satu-satunya orang bisa mendeteksi hatiku lewat software pribadinya yang soft and warm.

Sekarang ini, aku lagi kesemsem sama cowok bule yang bernama James Adams. Sumpah, bukan karena ikutan tren “macarin bule”. Bukan. Tetapi karena aku memang jatuh hati kepada bule yang smart, dan tentu saja baik menurut tipeku itu. Lagi-lagi, aku harus menghargai andil Ayu sebagai seorang sahabat. Karena dialah maka aku dapat berkenalan dengan James Adams. Dia mengenalkan pemuda rekan sekerjanya itu kepadaku.

***

Monas… I’m in love!

Sejak perkenalan singkat tersebut, dengan semangat yang menggebu-gebu aku minta Ayu “nyomblangin” aku dengan bule pujaan hati itu. Dalam waktu singkat aku sudah tahu all about James mulai dari nomor ponsel sampai tanggal lahir bahkan kebiasaannya sehari-hari.

Dan, thanks God! Untungnya James merespons semua sinyal cinta yang aku berikan!

Tetapi belakangan ini, setelah nge-date dua kali dengan James, aku menangkap sesuatu hal yang aneh dari sikap tertutup Ayu. Jika aku membicarakan James Adams, tentu saja memuji-mujinya dengan mulut berbusa-busa, Ayu selalu apatis dan sepertinya kurang senang dengan menunjukkan sikapnya yang acuh tak acuh. Setiap pula aku menelepon ponsel James Adams sekadar ‘say hello’, Ayu selalu menghindar dengan segebung alasan!

Comment