Matsuri Takahashi, mengakhiri hidupnya gara-gara kebanyakan lembur kerja

MEDIAWARTA.COM, Pernahkah anda merasakan lembur kerja yang panjang diluar keinginan anda?. Untuk sebagian orang lembur kerja biasanya dipilih untuk mendapatkan tambahan penghasilan terlebih lagi kalau lingkungan pekerjaan sangat kondusif sehingga kita merasa enjoy untuk lembur. Tapi sesuatu yang berbeda dialami Matsuri Takashi, seorang karyawati cantik asal jepang dimana gadis cantik ini merasa bosan dan tertekan ketika lembur kerja. Dikutip dari dream, Tekanan berat dalam pekerjaan bisa membuat pegawai stres. Bahkan dampak yang paling parah bisa membawa seseorang nekat bunuh diri.

Simaklah kisah gadis asal Jepang, Matsuri Takahashi, berikut ini. Dara cantik yang bekerja untuk perusahaan iklan raksasa, Dentsu Inc, itu bunuh diri karena beban kerja yang berlebihan, atau dalam istilah Jepang disebut ‘karoshi’.

Perempuan berusia 24 tahun ini memang ditemukan tewas setelah bekerja lembur sekitar 105 jam setiap bulan. Di tempat kerjanya, Takahashi menangani divisi akun digital yang bertanggung jawab atas iklan online.

Pengacara dan anggota keluarga Takahashi mengungkapkan temuan itu melalui konferensi pers di Kantor Inspeksi Tenaga Kerja Mita di Tokyo, Jumat 7 Oktober 2016.

Pesan Mengerikan sebelum bunuh diri

Takahashi mengakhiri hidupnya di asrama karyawan perempuan Dentsu pada 25 Desember 2015. Menjelang kematiannya, dia menghubungi rekan-rekan dan teman-temannya melalui layanan jejaring sosial dengan pesan menyedihkan, “ Aku ingin mati.”

Takahashi bergabung Dentsu pada bulan April 2015 setelah lulus dari Fakultas Sastra Universitas Tokyo. Dia ditugaskan di divisi akun digital. Menurut pengacara keluarga, beban kerjanya meningkat drastis dari Oktober. Durasi lemburnya dari 9 Oktober hingga 7 November 2015 saja mencapai 105 jam!

Kantor Inspeksi Tenaga Kerja Mita mengakui bahwa volume beban kerja Takahashi meningkat tajam dan kerja lemburnya naik drastis. Takahashi diduga menderita gangguan mental karena beban psikologis yang begitu besar.

Kasus bunuh diri akibat tekanan kerja memang tengah menjadi sorotan di Jepang. Menurut data Kantor Inspeksi Tenaga Kerja Mita, sebagaimana dimuat The Asahi Shimbun, selama tahun fiskal 2015 telah terjadi 93 kasus percobaan dan bunuh diri akibat tekanan kerja ini.

Kasus Takahashi bukanlah yang pertama. Seorang karyawan laki-laki muda di Dentsu yang berbasis di Tokyo bunuh diri pada tahun 1991 karena jam kerja yang panjang.

Dalam gugatan yang diajukan oleh keluarganya, Mahkamah Agung memutuskan pada tahun 2000 bahwa perusahaan itu bertanggung jawab atas kematian karyawan pria tersebut. Putusan tersebut membuka jalan bagi pengadilan lain untuk membuat keputusan yang sama dalam kasus lain yang serupa.

Terlibat manipulasi keuangan?

Menurut pengacara perusahaan, Dentsu menginstruksikan karyawannya untuk menyampaikan laporan kondisi kerja mereka sehingga kerja lembur tidak melebihi batas atas yang dilaporkan ke kantor tenaga kerja.

Bulan lalu, Dentsu mengakui perusahaan itu terlibat dalam praktik penipuan, termasuk manipulasi tagihan kepada klien, di divisi yang bertanggung jawab atas iklan online untuk setidaknya hampir empat tahun dari November 2012.

Tetapi, belakangan nama Takasashi ikut terseret dalam masalah ini. “ Kita harus mengatasisituasi dengan menambah jumlah karyawan di divisi tersebut,” kata seorang eksekutif Dentsu dalam sebuah konferensi pers di Tokyo pada 23 September 2015.

“ Kami memandang kasus bunuh diri karyawan kami sangat serius,” kata seorang wakil Dentsu yang menolak membuat komentar lebih lanjut ‘karena kami belum melihat isi (pemeriksaan kantor ini)’.

Ketika kasus bunuh diri dikaitkan dengan masalah pekerjaan, keluarga korban diperbolehkan untuk mengklaim manfaat dari program asuransi kecelakaan karyawan yang disponsori pemerintah.

Foto: Internet

Comment