Biarkan Aku Mencintaimu dalam Sunyi

Foto: onehdwallpaper.com

Biarkan Aku Mencintaimu dalam Sunyi
Oleh Amril Taufik Gobel

Cinta memang tidak dibangun untuk membuat rasa kehilangan, tapi pada akhirnya aku menyadari cinta antara kita mempunyai batas tepiannya sendiri.

(Amril Taufik Gobel, Email Terbuka Seorang Selingkuhan)

MEDIAWARTA.COM – Kekasihku, jika kamu membaca email ini, cobalah untuk mulai belajar melupakanku. Aku tahu kenyataan itu memang pahit dan berat buatmu, terlebih lagi buatku. Apalagi jika mengenang hari-hari penuh warna bersamamu, malam-malam yang liar bermandi peluh di apartemenku atau siang yang penuh gairah di hotel, tempat di mana kita saling melepas rindu sesaat sebelum kembali ke kantor masing-masing.

Masih teringat jelas dalam benakku saat pertama kita bertemu, pada sebuah akhir pekan yang basah diguyur hujan seharian, dalam kafe yang disiram cahaya temaram diiringi tembang jazz melankolis.

Kamu datang ke arahku dengan pesona kemilau kelelakianmu yang segera memporak-porandakan hatiku seketika dalam hitungan detik. Aku tak sempat berkata apapun, saat dengan sopan dan bersahaja, kamu mengajakku melantai. Tanganmu yang kekar memegang lembut bahuku dan harum napasmu menggetarkan seluruh urat dalam tubuhku yang dahaga oleh cinta, saat kita berdansa dalam remang lampu kafe yang romantis. Hatiku tak mampu memungkiri bahwa, aku jatuh cinta kepadamu pada pandangan pertama.

“Jadilah kekasih rahasiaku,” katamu di ambang pintu apartemen saat mengantarku pulang pada malam berkesan itu. Kamu lantas mencium dahiku dengan lembut, tanpa perlu menunggu persetujuanku lebih dulu. Jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya. Sebuah fenomena yang tak pernah aku rasakan dari lelaki manapun yang pernah singgah dalam relung hatiku selama ini.

Aku tak punya kekuatan apapun untuk menolak permintaanmu meski aku tahu sesungguhnya kamu telah memiliki keluarga yang dengan cemas menunggumu di rumah. Aku begitu terlena olehmu dan gelora gairah purba yang tiba-tiba muncul dalam diriku telah mengempaskan kita berdua dalam lautan petualangan cinta tak bertepi.

Sejak itu, kita merajut hari demi hari dengan ceria. Sorot matamu yang teduh namun tegas membuatku merasa selalu nyaman berada di dekatmu. Aku senantiasa merasa tersanjung ketika dalam setiap emailmu kepadaku, kamu selalu menyelipkan sebait-dua puisi cinta yang membuatku seperti melayang ke langit ketujuh.

Tahukah kamu kekasihku, aku selalu menyimpan rapi puisi-puisi cintamu itu dalam helai demi helai buku harianku yang setiap malam aku buka kembali, membacanya pelan dengan bibir bergetar, berulang-ulang, sampai setiap kata demi katanya meresap dalam setiap sumsum tulangku, mengaliri setiap nadiku dan akhirnya menggelegak dalam sebuah orgasme misterius yang berpendar-pendar dalam setiap relung kamarku. Kamu memang paling tahu bagaimana membuatku berharga, kekasihku.

Aku masih ingat betul salah satu momen kencan kita yang membuatku senantiasa mengenang betapa indah melewatkan hari demi hari bersamamu.

“Jangan pernah me-rebonding rambutmu, Sayang,” katamu kepadaku saat kita melewatkan senja temaram di bibir pantai seraya membelai ikal rambutku.

“Kenapa?” tanyaku penasaran.

Comment