MEDIAWARTA, LUWU TIMUR – Kebocoran pipa minyak di Towuti, Kabupaten Luwu Timur, yang sempat menimbulkan kekhawatiran masyarakat akhirnya menemukan titik terang.
Investigasi independen yang melibatkan para ahli dari perguruan tinggi dan lembaga pemerintahan menyimpulkan, penyebab utama kebocoran bukan karena kelalaian teknis, melainkan faktor geologi yang kompleks di jalur pipa tua berusia lebih dari 40 tahun.
Tim ahli Geologi Universitas Hasanuddin (Unhas) yang dipimpin Prof. Adi Maulana menegaskan, jalur pipa sepanjang 45 kilometer tersebut melintasi zona tektonik aktif. Tekanan dari pergerakan tanah dan pembentukan lempung (swelling) membuat pipa kehilangan elastisitas hingga akhirnya pecah.
“Pipa ini melewati sesar aktif dan zona hancuran. Tekanan berlapis dari bawah dan sekitar tanah membuat pipa tak lagi mampu menahan beban,” jelas Prof. Adi, Selasa (30/9/2025).
Ia menyebut, sejumlah bukti lapangan mendukung temuan itu. Dua meter dari titik kebocoran muncul mata air baru, sementara di sekitar pipa terlihat grip tanda pergerakan tanah aktif.
Bahkan, 50 meter dari lokasi ditemukan jalur sesar dengan kontak batuan ultramafik yang memperjelas kerentanan struktur bawah tanah.
Rekomendasi utama para ahli: pipa di jalur sesar harus segera diangkat ke permukaan agar tidak kembali terdampak tekanan geologi.
Pemerintah Kabupaten Luwu Timur memastikan proses investigasi berjalan independen.
Bupati Irwan Bachri Syam mengungkapkan, sejak kejadian 23 Agustus lalu, tim Dinas Lingkungan Hidup, BPBD, dan PT Vale langsung turun ke lapangan.
“Dampak terbesar memang dirasakan warga Desa Lioka, sekitar 30 hektare sawah dan empang terdampak. Tapi kesepakatan kompensasi sudah dicapai, berupa pola sewa lahan lima musim panen atau sekitar dua tahun,” jelasnya.
Tak hanya soal lahan, pemerintah daerah bersama PT Vale juga menggandeng Universitas Hasanuddin dan Universitas Indonesia untuk meneliti kualitas air, tanah, dan tanaman secara berkala. Disaster Risk Reduction Centre (DRRC) Universitas Indonesia bahkan melakukan uji sampel terbuka di laboratorium resmi. Hasilnya, kadar merkuri dan kromium jauh di bawah ambang batas, sehingga kualitas lingkungan dipastikan aman.
Head of External Relations PT Vale, Endra Kusuma, menegaskan perusahaan terbuka terhadap investigasi dari pihak mana pun, termasuk perguruan tinggi dan lembaga negara.
“Semua hasil investigasi independen menjadi referensi penting bagi langkah perusahaan. Kami tidak melakukan intervensi. Prinsipnya transparan dan terbuka,” ujarnya di Malili, Jumat (26/9/2025).
Presiden Direktur PT Vale Indonesia, Bernardus Irmanto, juga menyampaikan penyesalan atas insiden tersebut. Ia menegaskan fokus utama perusahaan kini adalah pemulihan lingkungan dan penyelesaian kompensasi warga.
“Langkah darurat sudah berhasil menghentikan kebocoran. Kini kami berkomitmen penuh pada proses pemulihan secara menyeluruh, bersama pemerintah dan masyarakat,” tegasnya.
Comment