Tonggak Baru Hilirisasi Nasional, Pupuk Indonesia Mulai Pembangunan Pabrik Soda Ash Pertama Indonesia di Pupuk Kaltim

MEDIAWARTA,- PT Pupuk Indonesia (Persero) melalui anak perusahaannya, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) dan PT Rekayasa Industri (Rekind), hari ini resmi memulai pembangunan pabrik soda ash pertama di Indonesia. Dimulainya pembangunan pabrik ditandai dengan acara groundbreaking atau pemasangan tiang pancang pertama yang berlangsung di kawasan Kaltim Industrial Estate (KIE), Bontang, Kalimantan Timur pada Jumat, (31/10/2023). Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Senior Director of Business Performance & Assets Optimization Danantara Asset Management, Bhimo Aryanto, ⁠jajaran direksi dan komisaris Pupuk Indonesia dan Pupuk Kaltim, serta perwakilan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Kota Bontang.

Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mengatakan pembangunan ini menandai babak baru dari perjalanan panjang industri pupuk dan petrokimia nasional yang telah berkembang sejak berdirinya pabrik pertama pada 1959, sekaligus menjadi langkah penting menuju hilirisasi industri kimia strategis dan transformasi berkelanjutan yang rendah emisi.

“Pagi ini kita menyaksikan sebuah tonggak sejarah dari industri nasional, yaitu groundbreaking pabrik soda ash pertama di Indonesia. Pelaksanaannya juga bertepatan dengan momentum satu tahun pemerintahan Bapak Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka,” ujar Rahmad Pribadi.

Rahmad mengatakan pembangunan pabrik ini, sekaligus menjadi komitmen nyata Pupuk Indonesia Group dalam memperkuat hilirisasi dan kemandirian industri nasional, sejalan dengan visi Asta Cita pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dengan memanfaatkan karbon dioksida (CO₂) hasil samping dari fasilitas produksi amonia eksisting, pabrik ini akan menghasilkan produk kimia bernilai tambah tinggi, yaitu soda ash yang dibutuhkan oleh berbagai sektor industri nasional, seperti kaca, deterjen, makanan, pulp and paper, keramik dan sebagainya.

Saat beroperasi penuh, pabrik ini akan memiliki kapasitas produksi 300.000 metrik ton per tahun dan diperkirakan mampu memenuhi sekitar 30% kebutuhan soda ash nasional yang selama ini masih bergantung pada impor. Dengan berkurangnya ketergantungan tersebut, keberadaan pabrik soda ash Pupuk Kaltim berpotensi menghemat devisa hingga Rp 1 triliun per tahun dari substitusi impor soda ash, serta sekitar Rp 250 miliar per tahun dari substitusi impor amonium klorida, yang merupakan produk sampingan dari proses produksi soda ash.

“Mudah-mudahan mimpi besar bangsa Indonesia untuk lebih mandiri dan memiliki ketahanan industri yang semakin kuat dengan mengurangi impor bisa kita capai. Ini adalah bakti kita untuk Indonesia, berinovasi untuk masa depan” kata Rahmad.

Direktur Utama Pupuk Kaltim, Gusrizal menambahkan bahwa pembangunan pabrik soda ash sejalan dengan arah kebijakan pemerintah dalam visi Asta Cita dan memegang peran krusial dalam mendukung hilirisasi, serta kemandirian industri kimia nasional. Dia menambahkan proyek ini sekaligus mencerminkan strategi transformasi dan diversifikasi usaha Pupuk Kaltim menuju portofolio bisnis kimia yang lebih luas, efisien, serta sesuai dengan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG).

“Proyek ini bagian komitmen Pupuk Kaltim terhadap penerapan prinsip ESG dan ekonomi sirkular, di mana emisi CO₂ dari pabrik eksisting dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku utama produksi soda ash. Kami memastikan seluruh proses pembangunan dijalankan dengan standar keselamatan dan mutu terbaik, sebagai wujud tanggung jawab kami untuk menghadirkan industri yang efisien, aman, dan berdaya saing,” ujar Gusrizal.

Pabrik soda ash berperan penting dalam mendukung agenda Net Zero Emission (NZE) 2060, karena diproyeksikan mampu menyerap sekitar 174.000 ton CO₂ per tahun dari fasilitas eksisting untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku utama produksi soda ash. Melalui penerapan prinsip ekonomi sirkular, emisi tersebut diolah menjadi produk bernilai tambah yang memperkuat rantai pasok berbagai industri Tanah Air. Selain itu, produk sampingan produksi soda ash berupa amonium klorida juga dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku pupuk yang penting untuk mendukung swasembada pangan.

Selain berkontribusi pada transisi menuju industri rendah karbon, pembangunan pabrik soda ash juga diharapkan memberikan dampak ekonomi yang luas, baik di tingkat daerah maupun nasional. Pembangunan pabrik soda ash, diharapkan dapat menyerap tenaga kerja pada proses konstruksi maupun operasional; pelibatan industri lokal untuk pengadaan bahan baku soda ash seperti garam industri; dan mendorong pemberdayaan UMKM lokal di sekitar kawasan industri.

Senior Director of Business Performance & Assets Optimization Danantara Asset Management, Bhimo Aryanto mengungkapkan dukungan Danantara terhadap pembangunan pabrik soda ash. Menurutnya, proyek ini tidak semata-mata menjadi investasi bisnis, tetapi juga menjadi investasi masa depan bangsa yang sejalan dengan semangat transformasi ekonomi menuju Indonesia Emas 2045.

“Pupuk Indonesia Group terus berinovasi dalam pembangunan industri yang efisien, rendah emisi, dan berkelanjutan. Proyek ini tidak hanya menciptakan industri baru, tetapi juga mengoptimalkan sumber daya yang ada dan mengurangi limbah industri secara signifikan. Kami ingin pabrik ini menjadi benchmark baru bagi industri kimia hijau Indonesia,” ujar Bhimo.

Bagi Pupuk Indonesia Group, pembangunan pabrik soda ash merupakan wujud dukungan nyata pada ketahanan industri nasional, sekaligus ketahanan pangan, di mana kedua hal tersebut merupakan pilar penting bagi kedaulatan ekonomi bangsa. Dengan semangat inovasi dan hilirisasi, Pupuk Indonesia Group berkomitmen untuk terus memperkuat daya saing nasional melalui pengembangan industri yang berkelanjutan dan berorientasi masa depan.

Comment