Tahun 2023 BI Optimis Pertumbuhan Sulsel Tetap Terjaga

Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel Fajar Majardi. Foto : Masyudi Firmansyah/Mediawarta

MEDIAWARTA, MAKASSAR – Ekonomi dunia dibayangi resesi di 2023 akibat situasi global yang tidak pasti. Walaupun Presiden Joko Widodi diberbagai kesempatan memberi peringatan untuk tetap waspada dengan resesi ekonomi tahun depan.

Hal ini mengingat resiko dari resesi ekonomi global sangat tinggi, karenanya seluruh elemen perkenomian diminta bersiap dan waspada.

Bagaimana dengan kondisi provinsi Sulawesi Selatan? Dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022 di hotel Claro Makassar, Rabu, (30/11).

Direktur Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel, Fadjar Majardi mengungkapkan
inflasi Sulsel diperkirakan berada di atas rentang sasaran 3±1% pada akhir 2022. Peningkatan inflasi hingga Oktober utamanya dikontribusikan oleh komoditas angkutan udara, angkutan dalam kota, minyak goreng, dan bensin yang dipengaruhi oleh harga komoditas dan energi global. Berdasarkan kelompoknya, kendala pasokan bahan pangan yang turut dipengaruhi faktor cuaca yang kurang kondusif juga telah mengakibatkan peningkatan inflasi bahan pangan pada tahun 2022 .

” Apalagi menjelang natal dan tahun baru permintaan konsumsi rumah tangga juga akan meningkat inflasi meningkat juga disektor transportasi udara dan kebutuhan bensin akibat pengaruh harga komoditas dan energi global,” ungkap Fadjar kepada media.

Fadjar menambahkan gambaran. Sejalan dengan arah perkembangan ekonomi nasional, ekonomi Sulawesi Selatan tahun 2022 mengindikasikan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut disertai dengan inflasi yang meningkat.

Pelonggaran mobilitas masyarakat di tengah semakin terkendalinya pandemi, berlanjutnya berbagai program kebijakan stimulus dan meningkatnya harga komoditas global, disamping memberi dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi juga berdampak pada kenaikan harga-harga barang yang dikonsumsi oleh masyarakat.

BI juga memaparkan bahwa ekspor di 2023 akan turun dibandingkan ekspor tahun 2022 yang sudah cukup tinggi secara global, tetapi optimisme terjadi dari pasar domestik dimana akibat pelonggaran aktivitas masyarakat akibat pandemi sebelumnya pelan-pelan akan tinggi juga menurut Fadjar yang perlu didorong adalah investasi.

” Investasi perlu didorong karena biasanya perilaku wait and see dilakukan investor menghadapi resesi ekonomi tapi seharusnya tetap optimis karena pasar domestik masih tetap meningkat,” jelas Fadjar.

Ia juga menambahkan, bahwa ekspor nikel dan rumput laut yang menjadi andalan Sulsel hanya akan mengalami penurunan sedikit di tahun 2023 mengingat kebutuhan nikel di pasar dunia masih dibutuhkan terutama dengan naiknya kebutuhan kendaraan listrik.

Optimisme perekonomian Sulsel 2023 juga didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah daerah. Dalam arahan strategis Gubernur Sulawesi Selatan yang disampaikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, pemerintah daerah akan berfokus pada upaya-upaya meningkatkan infrastruktur, mengatasi kesenjangan pendapatan, mengatasi penurunan produktivitas komoditas unggulan Sulsel, dan mendorong potensi sumber pertumbuhan ekonomi baru, baik melalui hilirisasi industri pengolahan maupun dengan mengembangkan komoditas lain yang memiliki struktur hulu yang kuat.

Beberapa proyek infrastruktur prioritas yang akan dilaksanakan di Sulsel dalam 3 tahun ke depan diantaranya penyelesaian proyek jalur kereta api Makassar-Parepare, pembukaan dan penguatan kawasan industri (KIMA, KI Bantaeng, KIPAS Parepare, dll), pembangunan jalur irigasi yang terkoneksi dengan bendungan yang telah terbangun, serta peningkatan kualitas jalan.

Dari sisi kinerja eksternal, surplus neraca perdagangan Sulawesi Selatan terus berlanjut hingga triwulan III 2022 ditengah peningkatan impor bahan baku seperti gandum dan besi paduan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan yang sedang meningkat. Surplus neraca perdagangan dapat terjaga seiring dengan tetap tingginya pertumbuhan ekspor nikel, besi baja, dan rumput laut yang merupakan bahan baku bagi industri di negara mitra dagang, terutama Tiongkok dan Jepang.

Pengendalian inflasi untuk menjaga daya beli dan belanja masyarakat menjadi motor pendorong pertumbuhan ekonomi yang terus diperkuat melalui sinergi dan komitmen berbagai pihak. Implementasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) serta program-program untuk mendukung kelancaran distribusi dan pemenuhan pasokan bahan pokok, termasuk program yang dilaksanakan pada Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) tahun 2022 juga ditujukan dan dilanjutkan untuk menahan inflasi bahan pangan sampai dengan 2023.

Peningkatan produktivitas pertanian, salah satunya melalui program Mandiri Benih, juga berlanjut, disertai Komitmen pemerintah untuk mencapai target produksi komoditas utama pada tahun 2023 dengan tambahan alokasi anggaran dari Kementerian Pertanian. Selain itu, tekanan imported inflation juga diperkirakan mereda seiring dengan mulai melandainya harga komoditas dunia.

Dengan potensi dan risiko yang dihadapi, serta dengan berbagai kebijakan dan program di daerah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi, Bank Indonesia memprakirakan bahwa perekonomian Sulsel dapat tetap tumbuh kuat di tahun 2023 pada rentang 4,6%-5,4% dengan inflasi yang tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi Nasional 3,0±1%.

“Sinergi dan inovasi menjadi kunci dalam upaya menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel 2023. Sinergi itu dilakukan oleh Bank Indonesia bersama, Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perbankan, dan pelaku usaha yang akan memperkuat dan mendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel,” pungkas Fadjar.

Comment