Prihatin dan Berduka atas Musibah Kebakaran di TPA Antang, Pj Gubernur Prof Zudan Salurkan Bantuan kepada Korban

MEDIAWARTA, MAKASSAR – Penjabat Gubernur Sulsel, Prof Zudan Arif Fakrulloh, Selasa (3/9/2024), meninjau lokasi kebakaran yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang, di Jalan AMD Borong, Jambu, Kelurahan Tamanggapa, Kecamatan Manggala.

Kejadian kebakaran terjadi pada Kamis, 30 Agustus 2024 sekira pukul 00.15 Wita. Berdampak pada 23 rumah yang dihuni oleh 25 kepala keluarga dengan 108 jiwa. Pemukiman tersebut mayoritas rumah panggung non permanen dan semi permanen.

Bantuan yang diserahkan berupa family kit 25 paket, selimut 25, kids ware 25, makanan siapa saji 50 paket, kasur 25, makanan anak 50 paket dan tenda gulung 50 paket.

“Bapak Gubernur melakukan kunjungan sekaligus peninjauan terkait kebakaran di TPA Antang, beliau melihat kebakaran yang berdampak pada masyarakat, beliau turut prihatin dan berduka. Sekaligus beliau menyerahkan bantuan,” kata Kepala Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Selatan, Amson Padolo.

Selain bantuan secara langsung, bantuan juga telah diserahkan di posko induk karena setiap kejadian bencana, Pemprov terutama dalam hal ini Dinas Sosial dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk pendirian posko induk.

“Posko induk ini untuk menyatukan semua bantuan sekaligus sebagai tempat mengecek apabila ada warga membutuhkan pertolongan, baik itu terkait kesehatan dan lain,” sebutnya.

Adapun Ketua RT 07/RW 04 Kelurahan Tamangappa, Nursinar mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang diberikan pemerintah kepada warga.

“Terima kasih telah memberikan bantuan kepada warga saya yang terdampak dan telah ditimpa musibah,” ucapnya.

Salah seorang korban, Kasmawati, mengungkapkan harapannya agar pemerintah dapat memberikan bantuan berupa balok dan seng untuk membantu mereka membangun kembali rumah yang terbakar. Ia menyampaikan bahwa saat ini mereka hanya bisa berteduh di tenda, sementara anak-anak juga tidak bisa bersekolah karena pakaian mereka ikut terbakar.

“Kalau pulang memulung kalau tidak ada rumah apa mau kita pakai berteduh, sekarang kami berteduh di tenda,” tuturnya dengan suara bergetar.

“Anak-anak sudah beberapa hari tidak masuk sekolah, karena bajunya terbakar,” keluhnya.

Comment