Pastikan Dana Investasi Tak Mengganggu Biaya Kebutuhan Bulanan

MEDIAWARTA.COM, BONE – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 3 November 2021 di Bone, Sulawesi Selatan. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema saat ini adalah “Biar Cuan, Pilih-Pilih Investasi Online”.

Empat orang narasumber tampil dalam seminar kali ini. Masing-masing yakni investor & Entrepreneur, Asrul Sani; pemengaruh gaya hidup, Kevin Horax; peneliti Jalin Institute, Nurbaya; serta Accounting LAZISMU Makassar, Rahayu Jafar. Sedangkan moderator yaitu Desmona Chandra. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan 57.550 orang peserta.

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Beralih ke sesi pemaparan, materi pertama dibawakan oleh Asrul Sani yang menyampaikan tema “Menjajaki Fitur dan Sistem Aplikasi Dompet Digital”. Menurut dia, dompet digital atau e-wallet merupakan layanan jasa keuangan yang berfungsi untuk menyimpan dan transaksi secara daring. Jumlah pengguna dompet digital saat ini  mencapai 63,6 juta dan diproyeksi naik menjadi 202 juta pada tahun 2025 mendatang. Sejumlah kemudahan dompet digital bisa saja menyeret warganet menjadi konsumtif. “Maka dari itu, keputusan untuk menggunakan dompet digital  tetap harus diimbangi perencanaan keuangan,” ujarnya. 

Selanjutnya, Kevin Horax menyampaikan paparan berjudul “Peran dan Fungsi e-Market dalam Mendukung Produk Lokal”. Ia mengatakan, beberapa produk lokal yang dapat dijual di e-market atau e-pasar, antara lain pakaian, produk kecantikan, sepatu, produk makanan, alat elektronik, dan rumah tangga. Pilihan e-pasar terdiri dari tiga jenis yaitu toko daring, lokapasar, serta e-commerce atau e-dagang. Ketiganya memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Misalnya, e-dagang membutuhkan website developer, sedangkan toko daring dan lokapasar telah tersedia pada platform yang sudah ada. “Pastikan produk lokal mu berkualitas, sehingga bisa bersaing di e-pasar,” tutur dia. 

Pemateri ketiga, Nurbaya, memaparkan materi bertema “Pilih Mana: Belanja Online atau Nabung Online”. Menurut dia, banyaknya kemudahan dan kepraktisan dalam berbelanja dan transaksi perbankan di internet, menjadikan warganet rentan perilaku konsumtif. Untuk menghindarinya, investasi daring menjadi pilihan karena memberikan sejumlah keuntungan seperti upaya menabung untuk masa depan, cepat dan praktis, serta bisa dimulai dengan dana yang sedikit. “Investasi daring bisa dilakukan sendiri tanpa perantara pihak ketiga,” jelasnya. 

Adapun Rahayu Jafar, sebagai narasumber terakhir, menyampaikan paparan berjudul “Keamanan Investasi Emas Secara Online”. Ia mengatakan, jenis-jenis investasi emas, di antaranya emas perhiasan, emas batangan, koin emas, sertifikat emas, dan tabungan emas. Kelebihan investasi emas adalah likuiditas tinggi, bebas pajak, harga cenderung stabil, dan terlindungi dari inflasi.  Sedangkan kekurangannya, antara lain risiko kehilangan tinggi dan kenaikan harga cenderung lambat. “Emas tidak cocok dijadikan investasi jangka pendek karena kurang memberikan keuntungan investasi yang signifikan,” jelas dia. 

Setelah pemaparan semua materi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu Desmona. Para peserta tampak antusias dan mengirimkan banyak pertanyaan. Panitia memberikan uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Salah seorang peserta, Kurniawan, bertanya tentang kiat menabung dan investasi di era digital. Menanggapi hal tersebut, Nurbaya bilang bahwa dalam berinvestasi warganet harus memastikan dana yang dipakai bukan berasal dari kebutuhan rutin bulanan. Sehingga, uang tersebut akan lebih aman diinvestasikan dalam jangka panjang dan menguntungkan. 

Comment