Tingkatkan literasi terkait lembaga keuangan, Bank Permata-AJI gelar Journalist Academy

Foto: tempo.co

MEDIAWARTA.COM, JAKARTA – Tingkatkan literasi terkait lembaga keuangan, Bank Permata-AJI gelar Journalist Academy. Tingkat literasi masyarakat Indonesia terkait lembaga keuangan ternyata masih belum optimal. Meskipun kehadiran lembaga keuangan seperti perbankan sudah lama di Indonesia, namun tingkat literasi lembaga keuangan di Indonesia baru sekitar 21,5 persen.

Geliat aktivitas perbankan dan lembaga keuangan yang masih terkonsentrasi di kota-kota besar mengakibatkan akses masyarakat ke perbankan masih didominasi masyarakat perkotaan. Di samping tradisi masyarakat untuk menabung masih bersifat tradisional melalui wadah atau tempat tertentu di dalam rumah, penggunaan medium digital melalui smartphone menjadi peluang yang terbuka lebar bagi dunia perbankan untuk meningkatkan literasinya kepada masyarakat.

Sejalan hal tersebut, Bank Permata dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dengan dukungan Kedutaan Besar Australia menyelenggarakan program Banking Journalist Academy (BJA) untuk keempat kalinya dengan mengusung tema “Literasi Keuangan”. Selain untuk meningkatkan kualitas para jurnalis muda di Indonesia melalui program pendidikan berkelanjutan, hal ini turut mendukung pemahaman literasi keuangan yang tengah digalakkan regulator.

Dalam program BJA 2016, terpilih 17 peserta melalui seleksi yang sangat ketat, di antaranya Albertus Hendriyo W Ismanto (Kompas), Agustina Melani (Liputan6.com), Dylan Amirio (The Jakarta Post), Dupla Kartini PS (Kontan), Devie Kania Suryadi (Investor Daily), Elisa Valenta Sari (CNNIndonesia.com), Fahmy Fotaleno (Gatra), Galvan Yudistira (Kontan), Ghoida Rahmah Al’adawiyah (Tempo), Happy Fajrian (Infobank), Iwan Supriyatna (Kompas.Com), Istihanah (Sindo Weekly), Romys Binekasri (Viva.co.id), Rr Dian Kusumo Hapsari (Suara.com), Surya Rianto (Bisnis Indonesia), Yopi Safari (Trobos Livestock), dan Yustinus Andri Dwi Putranto (Bisnis Indonesia).

Wakil Direktur Utama Bank Permata Julian Fong mengatakan pihaknya senang dapat bermitra dengan AJI Indonesia dan juga The Australian Embassy dalam mengembangkan BJA ini.

“Memasuki tahun keempat, program ini semakin menunjukkan kualitasnya dan menjadi benchmark para jurnalis di Indonesia. Banyak lulusannya yang jenjang kariernya menjadi lebih baik dengan menempati posisi sebagai wakil/redaktur maupun redaktur senior. Di beberapa media, silabus program BJA bahkan menjadi bacaan wajib bagi reporter pemula karena merangkum banyak materi keuangan dan perbankan secara mendalam dan menyeluruh,” paparnya.

Menurutnya, pemilihan tema Literasi Keuangan dalam BJA 2016 menjadi ikhtiar kami dalam mendukung program Regulator, dalam hal ini OJK untuk makin memberikan pemahaman terhadap lembaga keuangan.

Melalui reportase dan tulisan yang nantinya dibuat peserta program, diharapkan masyarakat dapat memilih dan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai kebutuhan, memiliki kemampuan dalam melakukan perencanaan keuangan dengan lebih baik dan terhindar dari aktivitas investasi pada instrumen keuangan yang tidak jelas.

Sementara itu, Ketua Umum AJI Indonesia Suwarjono mengungkapkan di sisi lain, seiring tumbuhnya industri media, lahir jurnalis generasi baru yang pada umumnya belum memiliki pengalaman meliput atau menulis laporan jurnalistik secara mendalam. AJI sebagai organisasi profesi senantiasa mendorong jurnalis bekerja secara profesional, kompeten, dan beretika melalui berbagai program pelatihan, seminar, diskusi publik, dan beasiswa untuk meningkatkan pemahaman pada isu-isu tertentu.

“Program BJA, adalah salah satu upaya AJI meningkatkan kapasitas jurnalis, khususnya jurnalis yang sehari-harinya meliput isu perbankan dan ekonomi makro. Melalui short course yang berlangsung selama dua bulan, jurnalis mendalami isu perbankan, termasuk bagaimana meliput dan menuliskannya di media. Dengan adanya kerja sama dan dukungan dari Kedutaan Australia, semakin memperluas kesempatan peserta untuk memahami kondisi ekonomi dan ilmu  jurnalistik dari sudut pandang internasional,” imbuhnya.

Singgih Wahyu Nugraha/Foto: tempo.co

Comment