Pascasarjana UIN Alauddin Gelar Orientasi Mahasiswa Baru dan Kuliah Umum Kurikulum Berbasis Cinta

MEDIAWARTA,– Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar menyelenggarakan Orientasi Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2025/2026 yang dirangkaikan dengan kuliah umum bertema “Membangun Generasi Penerus Melalui Kurikulum Berbasis Cinta di PTKI”. Kegiatan ini berlangsung secara hybrid dari ruang rapat gedung Pascasarjana dan melalui Zoom Meeting, diikuti oleh seluruh mahasiswa baru program magister (S2) dan doktor (S3), Kamis, 4 September 2025.

Kuliah umum menghadirkan Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A., Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kementerian Agama RI, yang bergabung secara daring dari Jakarta. Dalam paparannya, Prof. Sahiron menekankan pentingnya mengembangkan kurikulum berbasis cinta sebagai pondasi pendidikan tinggi keagamaan.

Dalam paparannya, Prof. Sahiron menjelaskan bahwa dalam diri manusia terdapat tiga kekuatan utama. Pertama, Al-Quwah Al-Ruhaniyah Al-‘Aqlaniyah, yaitu kekuatan spiritual dan akal yang didampingi malaikat serta wahyu. Apabila diperkuat dengan belajar, mengaji, membaca kitab, dan menuntut ilmu, manusia dapat menjadi insan kamil yang dicintai Allah SWT sehingga hidup bahagia di dunia dan akhirat. Kedua, Al-Quwah Al-Syahwaniyah, yakni kekuatan syahwat atau keinginan yang bersifat netral, seperti kebutuhan makan, minum, harta, dan jabatan.

“Quwwah syahwaniyah itu netral, bisa baik bila dikendalikan ruhaniyah-akliyah, dan bisa buruk bila menyatu dengan qutbiyyah,” jelasnya.

Ketiga, Al-Quwah Al-Qutbiyyah, yaitu kekuatan emosional negatif berupa amarah, permusuhan, kebencian, hingga kekerasan. Kekuatan ini senantiasa didampingi oleh setan dan tidak dapat dihapus sepenuhnya, namun bisa diperkecil melalui penguatan ruhaniyah-akliyah.

“Kalau ruhaniyah-akliyah kuat, insya Allah manusia bisa menjadi insan kamil dan dicintai Allah SWT, sehingga hidupnya bahagia di dunia dan akhirat,” ujarnya menegaskan.

Menurut Prof. Sahiron, manusia dituntut untuk senantiasa melakukan muhasabah diri, agar setiap tindakan didasarkan pada ruhaniyah-akliyah, bukan pada qutbiyyah.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kurikulum berbasis cinta bertujuan memperkuat kekuatan ruhaniyah-akliyah serta mengurangi dominasi qutbiyyah. Konsep cinta ini mencakup cinta kepada Allah SWT melalui tauhid, takwa, dzikir, husnuzan, dan ridha, sekaligus mencintai seluruh ciptaan-Nya.

Prof. Sahiron juga menekankan pentingnya cinta dalam relasi sosial dan ekologi, yaitu menghormati martabat kemanusiaan, menjaga hak asasi manusia, tidak menyakiti orang lain bahkan secara psikologis, serta melestarikan lingkungan, tumbuhan, dan hewan, karena semuanya juga bertasbih kepada Allah SWT.

“Dengan kurikulum berbasis cinta, kita berharap dapat melahirkan generasi yang bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual, berakhlak mulia, dan peduli terhadap sesama serta lingkungan,” ujarnya.

Kegiatan ini mendapat antusiasme tinggi dari para mahasiswa baru Pascasarjana, yang sekaligus menandai dimulainya perjalanan akademik mereka di UIN Alauddin Makassar.

Comment