MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, kembali dilaksanakan secara virtual pada 4 Desember 2021 di Makassar, Sulawesi Selatan. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Kegiatan dengan tema “Bersama-sama Tebar Kebaikan di Dunia Digital” kali ini diikuti oleh 661 peserta dari berbagai kalangan usia maupun profesi.
Program kali ini menghadirkan empat narasumber yang terdiri dari Pendidik, Entrepreneur dan CEO Barbersyam, Syamsul Thaib; Uswah selaku influencer; Pendiri Gesit dan Pendamping Keluarga Harapan, Andri Fikri Paokama; dan Dosen, Nur Khaerah. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Shinta Pramucitra selaku Praktisi Humas. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.
Syamsul Thaib sebagai pemateri pertama membawakan tema “Pemanfaatan Konten Internet untuk Menyebarkan Konten Positif bagi Pemuka Agama”. Menurut dia, konten positif yang inspiratif, edukatif, informatif dan menghibur patut dibagikan di media sosial oleh pemuka agama. Hal lain yang perlu diperhatikan agar dakwah digital efektif antara lain kebutuhan umat, tujuan yang jelas, perbanyak membaca dan silaturahmi serta memulai dari yang dekat.
Berikutnya, Uswah menyampaikan materi berjudul “Cara Berinteraksi dan Kolaborasi di Ruang Digital Sesuai Etika”. Ia mengatakan, dalam berinteraksi atau berkolaborasi di ruang digital, kita mesti menggunakan kata-kata yang layak dan sopan, waspada menyebar informasi, menghargai karya orang lain serta membatasi penyebaran informasi pribadi. “Sebar konten yang inspiratif dan edukatif serta manfaatkanlah media sosial untuk belajar hal baru guna mendukung produktivitas, citra diri, dan jaringan relasi,” ungkapnya.
Sebagai pemateri ketiga, Andri Fikri Paokama membawakan tema “Memahami Multikulturalisme dalam Ruang Digital”. Menurut dia, multikulturalisme merupakan pandangan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan yang pluralis dan multikultural dalam kehidupan masyarakat. “Dengan pemahaman itu, kita bisa menjadikan setiap perbedaan di ruang digital sebagai suatu kekuatan membangun bangsa dan negara,” ujarnya.
Adapun Nur Khaerah, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema “Tips dan Pentingnya Internet Sehat ”. Ia mengatakan, dunia digital rawan akan penipuan, keributan, dan berbagai hal lain yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. “Karenanya, dalam beraktivitas di internet, perhatikanlah etika moral yang berlaku, unsur edukasi, kebijakan media sosial dan UU ITE, serta hindari melakukan spam ataupun menyebar hoaks,” jelasnya.
Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Antusiasme para peserta yang mengirimkan banyak pertanyaan kepada para narasumber dihargai panitia dengan memberikan uang elektronik senilai Rp 100.000 bagi 10 penanya terpilih.
Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi. Salah satu pertanyaan menarik peserta di antaranya tentang bagaimana cara menemukan dakwah yang sesuai di tengah banyaknya pendakwah digital yang tak memiliki kapasitas yang baik. Narasumber menjelaskan bahwa kecermatan, daya pikir kritis dan sikap selektif diperlukan dalam menyimak dakwah di media digital agar sesuai dengan kebutuhan kita. Akan lebih baik jika dakwah dilakukan secara terorganisir agar kualitas pendakwah bisa terjaga, sehingga tak ada ruang bagi pendakwah tak kompeten menyebarkan pesan-pesan negatif.
Comment