MEDIAWARTA, MAKASSAR – Ada 3 isu Sentral yang disasar Dian Aditya Ning Lestari, yaitu lingkungan, perempuan dan anti kekerasan yakni kekerasan terhadap minoritas.
Diku, sapaan akrabnya, merupakan Co-Founder dari Indonesian Future Leaders, LSM Nasional pada tahun 2009.
Pada saat kuliah, ia dua kali menjadi delegasi untuk Harvard Model United Nations. Disitu Diku mengasah keterampilan negosiasi, public speaking dan legal drafting.
Alumni Universitas Indonesia, jurusan Hubungan Internasional ini menganggap, banyak isu yang belum ada solusinya di Kota Makassar, dan berharap menjadi solusi tersebut.
Diku juga ingin menginspirasi perempuan Makassar untuk maju. Terkait isu pernikahan anak, Diku ingin anak-anak utamanya perempuan, untuk mengenyam pendidikan tinggi dahulu, bukan dinikahkan. Walau pernikahan anak memang terjadi karena faktor ekonomi dan budaya.
Terkait isu minoritas, Diku ingin Makassar menjadi kota yang damai. “Sering di Jakarta saya disinggung, apa Makassar Kota yang kasar? Padahal Makassar tidak kasar. Ini Terkait pengeboman gereja yang terjadi beberapa tahun lalu,” ujarnya.
“Selain itu, minoritas juga sering diperlakukan tidak adil di Makassar,” tambahnya.
Terkait isu begal, Diku ingin agar mereka dirangkul dengan solusi yang humanis, bukan militeristik.
Soal isu minoritas gender juga, Diku paham bahwa isu LGBTQ tidak akan bisa diterima secara agama, namun hak mereka untuk hidup tetap harus diperjuangkan, artinya tidak boleh ada kekerasan terhadap mereka, walaupun menurut agama dan negara mereka tidak bisa dilegalkan.
Isu KDRT juga menjadi momok, bahkan sampai ke desa-desa. Karena itu, Diku ingin menjadi inspirasi bagi kaum perempuan untuk maju. “Harus ada hotline dan konseling yang bisa diakses secara gratis,” tutur Diku.
Diku terjun ke politik karena merasa, setelah berkiprah di LSM, perlu ada perubahan di sisi regulasi selain tekanan secara sosial. Karena itu Diku menjadi Caleg DPRD Kota Makassar dari Partai Nasdem, di Dapil I, Kecamatan Makassar, Ujung Pandang dan Rappocini.
Soal lingkungan, Diku mengangkat Reklamasi dan banjir yang perlu dipertanyakan, karena kebijakan publik yang diambil harus lebih pro-lingkungan.
“Reklamasi memang baik bagi pembangunan ekonomi, namun alangkah baiknya jika tidak mengganggu lingkungan” ujar Diku. “Utamanya bagi para nelayan yang ruang hidupnya terampas” lanjutnya.
Diku juga ingin menjadi inspirasi bagi pemuda untuk berani berpolitik. “Ayo, maju berpolitik, Makassar butuh pemuda pemudinya untuk peduli,” tutupnya.
Comment