MEDIAWARTA.COM, BUOL – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 9 Juli 2021 di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema kali ini adalah “Bagaimana Berbelanja Online dengan Dompet Digital”.
Program kali ini menghadirkan 631 peserta dan empat narasumber yang terdiri dari Certified Financial Planner dan Financial Blogger Ruisa Khoiriyah, Digital Brand Communication dan Social Media Specialist Runi Virnita Mamonto, Perempuan Pegiat Literasi Digital Suteng Erna Dwi Lidiawati, dan GM IBT Maleo Techno Center Sulteng Muhammad Nurramadan. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Shinta Ardhan selaku jurnalis. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.
Pemateri pertama adalah Ruisa Khoiriyah yang membawakan tema “Transaksi Elektronik Lebih Asyik dengan Dompet Digital”. Uang elektronik hadir di Indonesia belum terlalu lama, namun perkembangannya sangat eksponensial seiring tumbuhnya lokapasar. Saat ini bahkan ada 38 dompet digital yang telah mengantongi lisensi resmi dari Bank Indonesia. Selain untuk belanja, dompet digital berguna untuk transfer uang ke rekening bank atau menikmati layanan transportasi daring. “Ini sedikit banyak menggeser layanan perbankan. Dulu kalau mau transfer uang harus punya akun rekening bank. Kalau tidak sama, kena biaya transfer Rp 6.500. Dompet digital sangat memanjakan penggunanya,” kata Ruisa.
Berikutnya, Runi Virnita Mamonto menyampaikan materi berjudul “Memahami Aturan Bertransaksi di Dunia Digital”. Runi mengawali paparannya dengan pepatah baru, ‘Money can’t buy happiness, but e-money can’. Kenapa? Dompet digital lebih ringkas, lebih mudah digunakan, banyak cashback. “Uang elektronik membuat kita sebagai pengguna merasa menang atas jual-beli. Sudah berhasil membeli barang, masih dapat cashback, dapat poin tambahan,” kata Virni.
Sebagai pemateri ketiga, Erna Dwi Lidiawati membawakan tema tentang “Digital Culture: Pilih Mana, Menabung atau Belanja Online?” Erna menyampaikan beberapa alasan orang memilih berbelanja daring, berdasarkan riset APJII. Alasan tertinggi adalah harganya yang jauh lebih murah. Di sisi lain, alasan orang menabung adalah untuk ketenangan, membangun sikap disiplin, dan optimisme akan masa depan. Erna juga mencirikan orang yang kecanduan belanja daring. Terakhir, dia memberikan tips cepat kaya.
Adapun Muhammad Nurramadan sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema mengenai “Aman saat Berbelanja Online”. Nurramadan dalam presentasinya memaparkan jenis-jenis penipuan di toko daring. Menariknya, pelaku penipuan bukan hanya penjual. Pembeli pun ada yang menjadi penipu. Jenis penipuan ini sangat tergantung media atau platform yang digunakan bertransaksi. “Penipuan dalam jual-beli online sangat mudah dilakukan apalagi jika kita mudah dipengaruhi harga yang sangat murah dari sebuah produk,” kata Nurramadan.
Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Terlihat antusiame dari para peserta yang mengirimkan banyak pertanyaan kepada para narasumber. Salah satu penanya Vernika Dewi Wahyuni memberikan pertanyaan untuk Ruisa Khoiriyah. ”Tips apa yang harus diperhatikan sehingga kita tidak semakin boros dengan adanya sistem belanja online,” tanya Vernika.
“Setiap kita menerima pendapatan, kita perlu membangun kebiasaan baik yaitu membuat perencanaan anggaran. Misal, Rp 5 juta itu harus ada alokasi jelas mau buat apa, untuk makan, belanja kebutuhan sehari-hari, tempat tinggal, bayar kos atau kontrakan. Berapa persen yang harus disediakan untuk cicilan rutin. Termasuk berapa anggaran yang disiapkan untuk dompet digital. Kedua, kita harus komitmen dengan angka yang kita siapkan itu,” jawab Ruisa.
Comment