Apa yang Kita Unggah Akan Menjadi Konsumsi Publik

MEDIAWARTA.COM, BONE – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 10 November 2021 di Bone, Sulawesi Selatan. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Kegiatan dengan tema “Rebut Peluang di Dunia Digital” ini diikuti oleh 627 peserta dari berbagai kalangan. 

Acara hari ini dipandu oleh Andi Angio selaku moderator serta menghadirkan empat narasumber, di antaranya Jurnalis dan Entrepreneur, Andi Hajramurni; Qudratullah, Dosen dan Kreator Konten; Peneliti dan Pegiat Literasi Budaya dan Sosial, Badruzzaman, serta Trainer dan Digital Marketing Communication, Diaz Yasin Apriadi.

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Berikutnya, sesi pemaparan materi dimulai dengan narasumber pertama yaitu Andi Hajramurni yang membawakan tema “Peluang dan Tantangan dalam Keterampilan Digital”. Andi mengatakan, salah satu manfaat keterampilan digital adalah menambah penguasaan kosakata dan verbal dari berbagai informasi yang dibaca. Terus mengasah keterampilan digital akan mendatangkan banyak peluang pekerjaan dan bisnis. “Begitu pula dengan UMKM. Mereka juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan usahanya dan tentu saja hal ini perlu literasi digital,” imbuhnya. 

Qudratullah selaku pemateri kedua membawakan tema “Jarimu Harimaumu!”. Ia berpesan bahwa walaupun kita bebas menyampaikan aspirasi di media sosial, namun ada batasan yang harus ditaati. Batasan itu tidak hanya UU, namun juga batasan moral dan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. “Adapun konsekuensi dari kesalahan di media sosial, misalnya terkena UU ITE dan pencemaran nama baik, kehilangan privasi diri, mengganggu kesehatan mental, dan risiko menjadi korban kejahatan dunia maya,” terang Qudratullah.

Materi ketiga yang bertema “Memahami Multikulturalisme dalam Ruang Digital” disampaikan oleh Badruzzaman. Ia menjelaskan bahwa multikultural merupakan budaya suatu bangsa yang terdiri atas beragam sistem kepercayaan, kemasyarakatan, pengetahuan, komunikasi, dan lain sebagainya. “Memahami multikultural bisa mencegah munculnya potensi yang tidak diinginkan, seperti intoleransi atau konflik,” kata dia.

Pemateri terakhir pada hari ini adalah Diaz Yasin Apriadi dengan tema “Dunia Maya dan Rekam Jejak Digital”. Ia mengungkapkan, rekam jejak era konvensional dengan era digital berbeda. Pada era konvensional, komunikasi hanya terjadi dalam suatu komunitas dengan jumlah tertentu. Sedangkan pada era digital, komunitas lebih luas, sehingga apa yang kita sampaikan akan menjadi konsumsi publik dan berdampak lebih besar. “Salah satu tips menjaga jejak digital agar tetap bersih adalah bijak sebelum mengunggah sesuatu di dunia maya,” pesannya. 

Setelah pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Para peserta terlihat antusias mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Dalam kesempatan tersebut, panitia memberikan apresiasi berupa uang elektronik masing-masing  senilai Rp100.000 kepada 10 penanya terpilih. 

Salah satu peserta, Firji, bertanya mengenai bagaimana cara menciptakan keamanan dan toleransi di media sosial karena media sosial seringkali digunakan untuk menjatuhkan pihak lain yang tidak sepaham. Menurut Badruzzaman, kita patut menghargai orang lain agar tidak terjadi perselisihan di media sosial.

Comment