MEDIAWARTA, MAKASSAR – Kampung Sabbeta, yang terletak di Dusun Amessangeng, Desa Donri-Donri, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, sekitar 160 KM dari Makassar, kini dikenal sebagai pusat kerajinan Batik Ecoprint.

Dulunya, desa ini hanya dikenal sebagai miniatur pesutraan Soppeng, dengan produksi sutra mulai dari penanaman murbai, pemeliharaan ulat sutra, pemintalan, pertenunan hingga kerajinan. Namun, pada tahun 2018, berkat inisiatif seorang warga, Musdalifah Riwayati, Kampung Sabbeta beralih memproduksi Batik Ecoprint, yang kini telah mendunia.

Musdalifah, nasabah Mekaar Unit Lalabata, menjadi pionir di balik terbentuknya “Ecoprint Kampung Sabbeta”. Dia terinspirasi untuk menciptakan kain sutra dengan motif yang berbeda dari biasanya, dengan menggunakan teknik pewarnaan dari bahan alam (ecoprint).

“Awalnya saya mencari referensi dari internet dan tertarik dengan teknik eco print. Setelah berulang kali gagal, akhirnya saya berhasil menghasilkan batik ecoprint yang cantik,” ujarnya, Jumat (12/7/2024).

Musdalifah memamerkan hasil karyanya kepada Ketua Dekranasda Soppeng saat itu, yang menyambut baik inovasinya dan memperkenalkan ecoprint di Soppeng. Usaha batik ecoprint ini pun membawa perubahan signifikan bagi perekonomian masyarakat Kampung Sabbeta, terutama para ibu rumah tangga yang kini memiliki penghasilan tambahan dari membuat pola kain batik ecoprint.

“Brand ecoprint Kampung Sabbeta kini telah memiliki pembeli dari luar negeri seperti Malaysia, Jepang, Inggris, dan Kanada. Kami juga telah bekerja sama dengan Fashion House Malaysia,” tambah Musdalifah dengan semangat.

Musdalifah merasa bangga karena usahanya tidak hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga mengharumkan nama Kabupaten Soppeng dan Sulawesi Selatan. Ia berharap industri kreatif kain ecoprint dari Kampung Sabbeta bisa mendunia.

“Kami mengusung konsep sustainable fashion dan ramah lingkungan, serta ingin memperkenalkan sutra kepada masyarakat luas,” tutupnya.