OJK Sebut Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Tetap Terjaga Di Tengah Dinamika Geopolitik Global

MEDIAWARTA,JAKARTA,-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menggelar Konferensi Pers rutin bulanan pada Senin, 13 Mei 2024 kemarin, untuk menyampaikan perkembangan sektor jasa keuangan dan berbagai kebijakan pengawasan yang telah dilakukan OJK dalam memperkuat industri jasa keuangan dan terus meningkatkan pelindungan konsumen.

Di kesempatan tersebut, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar menyampaikan, bahwa stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga dengan kinerja intermediasi yang kontributif.

Hal ini didukung oleh likuiditas yang memadai dan tingkat permodalan yang kuat, meskipun terjadi peningkatan ketidakpastian global akibat ketegangan geopolitik.

Menurut Mahendra, ketidakpastian ini juga disertai dengan trajektori penurunan inflasi yang berada di bawah ekspektasi pasar sehingga menimbulkan tekanan di pasar keuangan internasional.

“OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dengan kinerja intermediasi yang kontributif, didukung oleh likuiditas yang memadai dan tingkat permodalan yang kuat di tengah peningkatan ketidakpastian global akibat ketegangan geopolitik serta trajectory penurunan inflasi yang berada di bawah ekspektasi pasar sehingga menimbulkan tekanan di pasar keuangan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Mahendra menjelaskan, bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) mengalami perlambatan sebesar 1,6 persen dari kuartal sebelumnya. Ini merupakan penurunan terendah dalam 2 tahun terakhir, yang disebabkan oleh peningkatan impor yang signifikan.

Meskipun begitu, kinerja ekonomi AS masih menunjukkan tanda-tanda penguatan yang lebih tinggi dari pada ekspektasi semula.

“Penurunan tersebut mendorong kembalinya ekspektasi suku bunga yang ‘higher for longer’ di AS. Artinya, ekspektasi pemotongan tingkat Fed Fund Rate (FFR) dalam waktu dekat juga berkurang,” ujarnya.

Berbeda dengan The Fed, Europan Central Bank (ECB) dan Bank of England (BOE), terang Mahendra, dihadapkan dilema antara pertumbuhan yang rendah dan inflasi yang masih tinggi di Kawasan Eropa, namun pasar mengekspektasikan BOE dan ECB akan memilih menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan.

Di Tiongkok, lanjut dia, rilis beberapa kinerja ekonomi di atas ekspektasi pasar meskipun masih terjadi pelemahan permintaan domestik sehingga pemerintah masih cenderung menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif.

Di perekonomian domestik, inflasi inti mengalami peningkatan yang mengindikasikan pemulihan permintaan dalam periode Pemilu dan bulan Ramadhan.

Sektor manufaktur juga mengalami peningkatan kinerja, didorong oleh naiknya volume pesanan dan produksi baru.

Penguatan tersebut terefleksi dari peningkatan pertumbuhan ekonomi Q1 2024 menjadi 5,11 persen yoy (Q4 2023: 5,04 persen yoy), terutama didorong oleh peningkatan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh 24,3 persen dan konsumsi pemerintah sebesar 19,9 persen.

Menurut Mahendra, OJK telah mengambil langkah kebijakan seperti melakukan stress test terhadap industri jasa keuangan untuk memastikan bahwa berbagai risiko pasar dari aspek suku bunga dan nilai tukar dapat termitigasi dengan baik.

“Ke depan, perlu dicermati potensi normalisasi pertumbuhan ekonomi seiring telah berakhirnya periode pemilu dan Ramadan di tengah berlanjutnya normalisasi harga komoditas yang menekan pertumbuhan ekspor,” tegas Mahendra.

Comment