MEDIAWARTA.COM, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memproyeksi defisit neraca transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) pada tahun depan akan melebar. Pelebaran ini merupakan imbas dari kegiatan ekonomi yang bakal lebih meningkat, seiring pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan membaik.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengungkapkan, neraca transaksi berjalan akan defisit hingga 2,7 persen terhadap nilai produk domestik bruto (PDB). Kendati demikian, BI melihat pelebaran defisit transaksi berjalan ini masih cukup aman lantaran masih ada di bawah tiga persen dari PDB.
Seperti dikutip dari Kontan, Sabtu (16/7/2016), BI melansir pelebaran defisit transaksi berjalan ini sebagian besar akan berasal dari kegiatan ekspor dan impor. Hal itu terjadi lantaran meningkatnya proyek infrastruktur akan menjadi pendorong pelebaran CAD.
“Proyek infrastruktur akan meningkat seiring membanjirnya dana di dalam negeri sebagai dampak dari kebijakan Tax Amnesty (pengampunan pajak). Dengan adanya proyek infrastruktur, permintaan bahan baku impor akan naik, karena sebagian besar kebutuhan infrastruktur saat ini masih berasal dari impor,” terang Agus.
Sebagai catatan, dalam dua tahun terakhir, defisit transaksi berjalan terus menyempit. Pada 2014, defisit transaksi berjalan Indonesia mencapai 27 miliar dolar AS dan kembali turun menjadi 17 miliar dolar AS pada 2015.
Pada kuartal pertama 2016, nilai defisit transaksi berjalan Indonesia sebesar 4,6 miliar dolar AS. Nilai ini setara 2,1 persen PDB. Angka ini lebih rendah ketimbang kuartal empat 2015 sebesar 5,1 miliar dolar AS atau 2,3 persen dari PDB.
Hingga akhir 2016, BI memproyeksikan defisit transaksi berjalan berada di kisaran 20 miliar dolar AS. Perbaikan defisit transaksi berjalan terjadi seiring kenaikan kinerja ekspor dan impor. Ini bisa dilihat dari neraca perdagangan pada tiga bulan pertama 2016 yang surplus hingga 1,65 miliar miliar dolar AS.
Sementara, pada tahun depan, BI memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 5,2 persen hingga 5,6 persen. Ini lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini sekitar 5,3 persen.
Sementara itu, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, kebijakan pengampunan pajak memang akan memberi dampak sangat signifikan terhadap Indonesia. Termasuk terhadap defisit transaksi berjalan dan indikator ekonomi lainnya, seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Pasalnya, aliran dana dari repatriasi dan penerimaan negara dari pajak dalam bentuk pembayaran uang tebusan akan menjadi stimulus kegiatan ekonomi. Tidak hanya dari proyek pemerintah, melainkan juga proyek swasta.
Adapun Direktur Institute for Development of economic and Finance (Indef) Enny Srihartati menambahkan, pelebaran defisit transaksi berjalan bisa terjadi lantaran geliat di sisi perdagangan.
“Tahun depan, selain ada peluang peningkatan impor karena geliat ekonomi, juga akan ada perbaikan kinerja ekspor. Membaiknya kinerja ekpor pada tahun depan merupakan dampak dari perbaikan harga komoditas dunia,” imbuhnya.
Comment