MEDIAWARTA, MAKASSAR — Di Kelurahan Tamalabba, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar, derap langkah perubahan kini terdengar dari lorong-lorong kecil di kompleks TNI AL Dewa Kembar. Di antara tumpukan ember, kolam ikan Lele, dan kotak-kotak maggot, lahir kisah tentang warga yang menata ulang kehidupannya, bukan dengan kemewahan, tapi dengan kesungguhan dan ilmu.

Di sebuah ruangan sempit berukuran tiga kali lima meter, ribuan maggot tampak menggeliat di atas campuran dedak dan sisa makanan rumah tangga.

Lebih dari dua ratus rumah kini berpartisipasi dalam gerakan ini. Setiap pekan, gerobak sederhana bernama To’sar Link, bantuan CSR Pertamina Patra Niaga Sulawesi, berkeliling menjemput sampah dapur warga.

Tak jauh dari lokasi itu, para ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Bahari Sigalu menata kebun mini yang rimbun oleh selada, cabai, tomat, dan pisang cavendish.


Di bawah pancaran sinar matahari, panel surya berkapasitas 8.400 kWh berdiri tegak di sudut kawasan.

Kini, setiap panen menghasilkan sekitar 100 kilogram ikan lele yang dijual dengan harga Rp20.000 per kilogram kepada warga sekitar. Sementara kebun selada mampu menghasilkan hingga 30 kilogram setiap 40 hari, dipasok ke penjual burger dan pengepul sayuran segar di Makassar. Pendapatan tambahan ini memberi napas baru bagi keluarga-keluarga di sekitar, sekaligus menghadirkan wajah baru bagi lingkungan mereka.
Perubahan ini lebih dari sekadar ekonomi, dulu halaman rumah penuh sampah, sekarang hijau dan bersih. warga belajar bahwa apa yang mereka buang, kalau dikelola dengan benar, bisa jadi rezeki.
Inisiatif warga yang tumbuh dari dukungan Pertamina Patra Niaga ini membentuk rantai kehidupan yang berkelanjutan, dari maggot ke lele, dari sampah ke pupuk, dari limbah menjadi penghidupan.
Sebuah bukti bahwa energi tidak hanya lahir dari mesin dan kilang, tetapi juga dari tangan-tangan sederhana yang percaya bahwa perubahan bisa dimulai dari rumah sendiri.
Foto/Teks: Masyudi Firmansyah/Mediawarta

Comment