Jangan Terlambat! Lengkapi Imunisasi Anak di Tengah KLB Campak 

MEDIAWARTA,JAKARTA, Indonesia, 18 September 2025 – Setiap anak berhak tumbuh sehat dan meraih masa depan tanpa dibayangi penyakit yang sebenarnya bisa dicegah. Namun, kenyataannya masih banyak anak Indonesia yang harus menghadapi risiko serius akibat penyakit menular yang dapat berujung pada komplikasi berat hingga kematian. Salah satunya adalah campak, yang kini tengah mewabah di berbagai wilayah di Indonesia.

Kementerian Kesehatan mencatat hingga Agustus 2025 terdapat 46 Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak terjadi di Indonesia. Jawa Timur menjadi salah satu wilayah dengan kasus tinggi, khususnya Kabupaten Sumenep yang melaporkan 2.139 kasus suspek campak dengan 205 kasus terkonfirmasi laboratorium3 dan 20 anak meninggal dunia. Kondisi ini sejalan dengan laporan World Health Organization (WHO) yang pada 2023 memperkirakan terdapat 107.500 kematian akibat campak di seluruh dunia, sebagian besar dialami oleh anak-anak di bawah usia 5 tahun.

Studi menunjukkan bahwa campak adalah penyakit yang sangat menular bahkan lebih cepat dibandingkan COVID-19. Satu kasus campak bisa menular ke 14–18 orang, sementara COVID-19 hanya sekitar 1–6 orang. Penyakit ini mudah menyebar ketika orang yang terinfeksi bernapas, batuk, atau bersin. Tak bisa dianggap sepele, penyakit ini juga menjadi penyebab dari berbagai penyakit berbahaya lainnya, komplikasi, hingga kematian5.

Meski berbahaya, faktanya penyakit ini dapat dicegah salah satunya melalui imunisasi. Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa secara global, imunisasi campak telah mencegah sekitar 60 juta kematian antara tahun 2000–2023. Sayangnya, data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa saat ini cakupan imunisasi campak masih jauh dari target 95% yang dibutuhkan untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity)3.

Dokter Spesialis Anak, Dr. dr. Dominicus Husada, DTM&H, MCTM(TP), Sp.A(K), menjelaskan bahwa gejala awal campak seringkali dianggap sepele karena mirip flu, seperti demam, batuk, pilek sebelum berkembang menjadi ruam di seluruh tubuh hingga menimbulkan komplikasi serius. “Pneumonia, diare berat, hingga radang otak (ensefalitis) merupakan beberapa komplikasi serius dari campak yang berisiko menyebabkan kecacatan permanen atau bahkan kematian.”Tuturnya

Memahami urgensi perlindungan dari ancaman campak sejak dini pada anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian imunisasi campak-rubella (MR) atau MMR sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Dosis pertama diberikan pada usia 9 bulan dengan vaksin MR, kemudian dilanjutkan dengan dosis kedua pada usia 15 hingga 18 bulan. Selanjutnya, anak dianjurkan untuk mendapatkan dosis ketiga atau booster pada usia 5 hingga 7 tahun. Untuk informasi lebih lanjut, orang tua dapat berkonsultasi ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat.

“Apabila anak belum menerima vaksin MR hingga usia 12 bulan, maka vaksin MMR dapat diberikan sebagai dosis pertama. Di Indonesia, dosis kedua diberikan dengan interval 6 bulan, lalu sekali lagi pada usia 5–7 tahun. Apabila anak telah divaksin MR di usia 9 bulan, maka vaksin MMR dapat diberikan sebagai vaksin booster di usia 18 bulan. Dengan mengikuti jadwal imunisasi secara lengkap, anak memiliki peluang lebih besar untuk terlindungi dari campak, serta berkurangnya risiko komplikasi yang dapat terjadi akibat gondongan dan rubella,” jelas dr. Dominicus.

Bagi para orang tua, dr. Dominicus juga membagikan langkah yang bisa diambil untuk mencegah penyebaran campak. Pertama, hindari kontak langsung dengan penderita. Ingat, penyakit ini sangat menular, dan mudah menyebar bahkan ketika penderita bernapas4. Kedua, jaga kebersihan diri dan lingkungan, termasuk mencuci tangan secara rutin dan memastikan ventilasi ruangan tetap baik. Ketiga, tingkatkan daya tahan tubuh anak melalui pola hidup sehat seperti asupan gizi seimbang, cukup tidur, dan aktivitas fisik teratur. Keempat, sesuai rekomendasi IDAI, lengkapi imunisasi MMR anak sesuai jadwal.

Sebagai mitra aktif Kementerian Kesehatan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat demi mewujudkan Indonesia Sehat, MSD Indonesia mendukung penuh upaya pemerintah dalam menanggulangi kasus campak di Indonesia. dr. Amrilmaen Badawi, Country Medical Lead MSD Indonesia, menambahkan “Di MSD kami percaya, setiap anak berhak mendapatkan akses kesehatan terbaik untuk kualitas hidup yang lebih sehat. Kasus KLB campak yang baru-baru ini terjadi menjadi alarm bagi kita semua untuk lebih waspada terhadap penyakit infeksi menular, utamanya pada bayi dan anak. Karenanya, kami mengajak masyarakat khususnya orang tua untuk jangan lengah. Jangan menunggu gejala muncul. Mulai dari langkah sederhana yang penting dilakukan: cek kembali buku imunisasi anak, pastikan dosis MMR lengkap, dan bersama-sama kita lindungi anak-anak kita agar tumbuh menjadi generasi yang sehat dan kuat.

Comment