MEDIAWARTA, MAKASSAR — Cakrawala sore di Pulau Samalona berpendar keemasan, memantulkan sinar matahari yang perlahan tenggelam di garis khatulistiwa. Namun tak seperti dahulu, ketika gelap langsung menyelimuti usai matahari terbenam, kini cahaya tetap menyala. Di rumah-rumah warga, lampu-lampu kecil bersinar tenang. Suara genset yang dulu meraung-raung, kini digantikan oleh keheningan yang hangat. Pulau kecil ini tak lagi tenggelam dalam gelap, berkat cahaya yang datang dari matahari lewat program SuperSUN PLN.
“Dulu, kami hanya punya listrik empat jam sehari. Sekarang, anak-anak bisa belajar kapan saja, kipas angin menyala sepanjang hari, dan kami bisa menonton TV tanpa takut listrik padam,” kata Amir, warga Pulau Samalona, dengan mata berbinar.
Dari Genset yang Bising, ke Energi Surya yang Menenangkan
Terletak kurang lebih tujuh kilometer dari pesisir Kota Makassar, Pulau Samalona, Kelurahan Mariso, Kecamatan Mariso, adalah surga kecil yang sempat tertinggal dalam akses energi. Selama bertahun-tahun, kehidupan warga bergantung pada genset berbahan bakar bensin yang hanya menyala antara pukul 18.00 hingga 22.00. Biaya operasionalnya pun tidak sedikit, mencapai sekitar Rp210 ribu per rumah setiap hari, sementara suaranya bising dan asapnya mencemari udara, jauh dari ramah lingkungan.

Namun semua berubah sejak SuperSUN (Super Small Universal Network) hadir. PLN membangun 224 unit PLTS mikro berkapasitas 440–700 Wp, lengkap dengan baterai penyimpanan energi 2 kWh dan kWh meter prabayar.
Kini, biaya listrik turun drastis menjadi sekitar Rp100 ribu per bulan, dengan daya yang lebih stabil dan berkelanjutan. Listrik bukan lagi kemewahan, tapi bagian dari kehidupan sehari-hari.
“Ini bukan sekadar lampu menyala. Ini tentang hidup yang berubah,” ungkap ibu Misba, warga dan pelaku usaha wisata di pulau berpasir putih tersebut.
Harapan Tumbuh dari Cahaya
Bagi Misba, SuperSUN bukan hanya tentang listrik. Ia kini bisa menerima tamu di penginapannya dan menyewakan alat snorkeling tanpa khawatir terganggu suara genset.

“Dulu, tamu sering komplain. Sekarang, mereka senang. Tidur nyaman, charging HP kapan saja,” ujarnya, Kamis (16/10/2025).
Manfaat juga dirasakan oleh nelayan. Dahulu, mereka harus menyeberang 12 kilometer ke daratan hanya untuk membeli es batu. Kini, dengan listrik yang menyala 24 jam, mereka bisa menyimpan hasil tangkapan di freezer di rumah. Waktu dan uang tersimpan, hasil tangkapan lebih terjaga.
Lonjakan Wisata dan Martabat yang Kembali
Pulau Samalona memang mungil, tapi potensinya besar. Dan kini, dengan listrik bersih 24 jam, denyut pariwisata ikut bangkit. Dalam dua bulan terakhir sejak program berjalan, jumlah wisatawan naik dua kali lipat dari 500 menjadi lebih dari 1.000 orang per bulan.

Kamaruddin Lallo, Ketua RT Pulau Samalona, menyebut listrik sebagai pemicu utama kebangkitan ekonomi desa.
“Kami tak perlu lagi beli bensin. Uangnya bisa untuk sekolah anak-anak, kebutuhan rumah tangga. Ini bukan hanya soal listrik, tapi soal martabat,” katanya.
SuperSUN, Cahaya untuk Negeri
Bagi PLN, Samalona adalah satu dari ratusan titik cahaya yang tengah mereka nyalakan di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Melalui SuperSUN, PLN menyulap keterbatasan menjadi kekuatan, mengubah isolasi menjadi koneksi, dan menghadirkan energi berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, menegaskan komitmen tersebut.
“Kami ingin seluruh masyarakat, tanpa terkecuali, menikmati listrik yang andal dan ramah lingkungan. SuperSUN adalah solusi inovatif kami untuk menjangkau daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau jaringan konvensional,” katanya.
Hingga Agustus 2025, 1.457 unit SuperSUN telah dipasang di wilayah kerja PLN UID Sulselrabar, termasuk di 358 sekolah. Di tempat-tempat ini, anak-anak kini belajar di ruang terang, bukan lagi di bawah lampu minyak atau senter.
Menyalakan Masa Depan dari Samalona
Bagi Edyansyah, General Manager PLN UID Sulselrabar, SuperSUN adalah lebih dari proyek infrastruktur. Ia menyebutnya sebagai “jembatan menuju masa depan”, hasil dari gotong royong dan komitmen bersama.
“Listrik yang hadir di Samalona hari ini adalah harapan bagi ratusan pulau lainnya besok,” tuturnya.
Harapan itu kini benar-benar menyala, dari ujung-ujung laut Nusantara. Dan Pulau Samalona, yang dulu hidup dalam bayang-bayang gelap, kini berdiri terang sebagai bukti nyata bahwa masa depan bisa dimulai dari cahaya kecil di tengah laut.
Comment