MEDIAWARTA.COM – Terlahir miskin bukanlah suatu dosa atau kesalahan. Tapi meninggal dalam keadaan miskin jelas menjadi suatu kesalahan besar. Hidup yang serba sulit harus dijalankan dengan kerja keras dan lapang dada. Mungkin pemikiran itu yang akhirnya menghantarkan seorang Susi Pudjiastuti pada gerbang kesuksesan.
Susi Pudjiastuti lahir dari keluarga yang tergolong berkecukupan. Ayah dan Ibunya, H. Ahmad Karlan dan Hj. Suwuh Lasminah berprofesi sebagai saudagar sapi dan kerbau, mendatangkan hewan ternak dari Jawa Tengah untuk dijual di Jawa Barat.
Susi kecil tumbuh menjadi gadis muda yang biasa saja. Setamat SMP, ia melanjutkan pendidikan SMA di Jawa Tengah. Namun saat memasuki tahun kedua jenjang pendidikannya, Susi malah memutuskan untuk berhenti dari sekolah, kembali ke Pangandaran dan mulai berbisnis baju dan bedcover.
Potensi Pangandaran yang merupakan salah satu kawasan penghasil ikan, mendorong Susi untuk memanfaatkan itu sebagai peluang bisnis. Berbekal uang sebesar Rp 750 ribu dari hasil penjualan perhiasannya, Susi mulai menjalankan bisnis jual beli ikan.
Susi membeli ikan dari tempat pelelangan, kemudian memasarkannya ke sejumlah restoran. Meski pemasaran ke sejumlah restoran tersebut berjalan kurang lancar, Susi tetap berusaha menjalankannya dengan penuh ketekunan. Setelah setahun berlalu, Susi berhasil menjadi pebisnis yang menguasai bursa pelelangan ikan di Pangandaran.
Secara tidak sengaja Susi bertemu dengan Christian, seorang lelaki ekspatriat yang pernah bekerja di IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara yang sekarang bernama PT Dirgantara Indonesia). Awal perkenalannya dengan lelaki asal Prancis itu terjadi saat Christian sering bertandang ke Restoran Hilmans milik Susi di Pantai Pangandaran. Berawal dari perkenalan singkat, Christian akhirnya melamar Susi.
Bersama dengan Christian lah, Susi mengembangkan usahanya ke dunia penerbangan. Dengan kerja keras dan jatuh bangun yang tidak sebentar, tepatnya pada tahun 1996, susi mendirikan pabrik pengelolaan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product, dengan lobster sebagai produk unggulannya. Produk tersebut diberi nama Susi Brand, dan Perusahaan penerbangan yang cukup terkenal sekarang ini yaitu PT ASI Pudjiastuti Aviation.
Berkah dan hikmah datang bersamaan dengan musibah Tsunami Aceh 26 Desember 2004. Susi tergerak untuk menolong para korban, datang ke Aceh melalui jalur udara untuk menyebarkan bantuan. Awalnya hanya ingin memberikan jasa pengangkutan pesawat gratis selama 2 minggu, ternyata sejumlah LSM dalam dan luar negeri meminta Susi untuk bersedia menyewakan pesawatnya. Dari sinilah awal mula Susi Air mengudara, dan menyediakan jasa angkut penumpang dan komoditas hasil perikanan dan kelautan.
Seiring berjalannya waktu, perusahaan yang yang ditekuni oleh Ibu Susi semakin berkembang luas dan sangat pesat. Sekarang perusahaan tersebut sudah sampai ke beberapa wilayah di Asia, hingga Benua Amerika. Hasil kerja membuat Susi menerima berbagai macam penghargaan, seperti Pelopor pariwisata dari dinas kebudayaan dan pariwisata Jawa Barat, Inspiring woman 2005 dari Metro TV, Young entrepreneur of the year pada tahun 2005 dan Sofyan Ilyas Award dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2009.
Kegigihan dan pengalaman Susi di bidang perikanan, membuat Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019, Joko Widodo, akhirnya memilih Susi untuk menempati posisi Menteri Kelautan dan Perikanan. Sepak terjang Susi yang berhasil mengembangkan bisnis perikanan dan transportasi, memang tidak perlu diragukan lagi.
Tidak perlu menilai seseorang dari jenjang pendidikannya. Karena kegigihan dan pembelajaran dari pengalaman adalah dua kunci utama untuk menuju tangga kesuksesan.
Comment