MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Berbagai jenis ancaman hadir di segala lini kehidupan masyarakat. Untuk itu, perlu pemetaan jenis ancaman yang muncul. Langkah tersebut sebagai upaya membentengi masyarakat dari ancaman yang berpotensi merusak integrasi bangsa.
“Ada kekerasan, radikalisme, terorisme, narkoba, korupsi, dan LGBT,” kata Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI Agus Surya Bakti dalam diskusi umum ancaman faktual bidang pertahanan di Balai Pertemuan Wirabuana, Markas Kodam VII Wirabuana, Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Kamis (19/5/2016).
Dalam diskusi pertahanan tersebut, hadir Wakil Ketua Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel, Abri dan Wakil Sekretaris Ilmaddin Husain. Adapun pemateri, akademisi Unismuh Makassar, Arkam Azikin, Staf Ahli Pangdam VII Bidang Ideologi Kol Inf Sutikno, dan budayawan Ishak Ngeljaratan.
Saat ini, kata Agus, paham liberalisme, kapitalisme, terorisme, dan radikalisme merebak di tengah masyarakat. Sesuai tupoksinya, Kodam VII Wirabuana berperan menjaga keselamatan bangsa dari ancaman tersebut. “Apakah ancaman riil di bidang ideologi, politik, maupun ekonomi,” tegasnya.
Ditambahkan, diskusi bertujuan untuk membuat sebuah konsep pertahanan. “Untuk menghadapi ideologi komunis, ancaman bidang politik di era demokratisasi, dan ancaman ekonomi,” imbuh Agus.
Untuk menjaga masyarakat dari paham menyimpang, Kodam VII Wirabuana mengambil langkah antisipastif dengan cara membuka sekolah kebangsaan.
Ia menguraikan, pada awal Juni 2016, Kodam VII akan mengumpulkan seribu pelajar SMA. “Di 37 Kodim di seluruh wilayah Kodam VII Wirabuana, saya minta dikumpulkan seribu pelajar. Kita akan sosialisasikan apa itu komunisme, sehingga pelajar memahami sejarah dengan benar,” ungkap Agus.
Di kesempatan sama, Wakil Ketua LDII Sulsel, Abri menguraikan, untuk membumikan wawasan kebangsaan, perlu kerja sama segenap pemangku kepentingan. “Tidak cukup hanya dengan diskusi kebangsaan. Perlu ada konsep yang terintegrasi,” ujarnya.
Pihaknya mengemukakan, mahasiswa juga perlu mendapat pemahaman nilai-nilai Pancasila sejak awal perkuliahan. Selain itu, Pancasila perlu didalami dengan metode yang lebih menarik bagi generasi muda.
“Sebelum masuk kuliah, tatar mahasiswa dengan Pancasila dan wawasan kebangsaan,” imbau Abri.
Dalam diskusi, hadir Kasdam VII Wirabuana Brigjen TNI Supartodi, Kapendam VII Wirabuana Kol Inf I Made Sutia, pejabat Polda Sulselbar, pejabat Kesbangpol, ekonom Universitas Hasanuddin Andi Ratna Sari Dewi, Pemuda Panca Marga (PPM), FKPPI Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Ketua BEM Kampus se-Makassar, dan perwakilan siswa SMA.
Singgih Wahyu Nugraha/Foto: Istimewa
Comment