MEDIAWARTA,-Dalam rangka meningkatkan sinergi dan kolaborasi antara Academia, Business, dan Government (ABG) untuk mendorong hilirisasi riset, bertempat di aula Baji Minasa pada tanggal 16 Desember 2025 Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Makassar menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) ABG Collaboration dengan tema “Hilirisasi Riset untuk Kesehatan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan. Kegiatan dihadiri oleh sekitar 86 peserta yang berasal dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, pemerintah dan pelaku usaha.
Kegiatan FGD ini bertujuan untuk identifikasi kendala dan mempertemukan kebutuhan para pihak (akademisi dan industri) guna meningkatkan percepatan hilirisasi hasil riset menjadi produk siap edar yang memenuhi standar keamanan, mutu, dan manfaat untuk mendukung kesehatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan
Dalam sambutannya Kepala BBPOM di Makassar menyampaikan bahwa potensi ekonomi industri Obat dan Makanan di Indonesia diperkirakan memberikan kontribusi hingga Rp 6.000 triliun per tahun, yang akan mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%. Hal ini menjadi alasan kuat bagi Pemerintah untuk mendorong inovasi yang memberikan solusi bagi tantangan kesehatan sekaligus menciptakan peluang ekonomi. “Kolaborasi antara akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah menjadi kunci terwujudnya ketahanan kesehatan nasional sekaligus kemajuan industri berbasis inovasi” ujar Yosef
“Sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi khususnya di Kawasan Timur Indonesia, Sulawesi Selatan memiliki potensi besar dalam pengembangan industri Obat dan Makanan, baik pada sektor agroindustri, pangan olahan, kelautan, serta kekayaan biodiversitas lokal” ungkap Yosef
“Perguruan tinggi dan lembaga penelitian di Sulawesi Selatan juga secara konsisten menghasilkan riset dan inovasi yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk bernilai tambah tinggi” lanjutnya
Tentunya agar inovasi tersebut dapat masuk ke pasar dan diterima konsumen, maka seluruh produk wajib memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan manfaat sesuai standar yang ditetapkan Badan POM. “Badan POM memiliki peran strategis tidak hanya sebagai regulator, tetapi juga sebagai katalis inovasi berkolaborasi dengan stakeholder lainnya” ujar Yosef
“Kami siap melakukan pendampingan baik bagi peneliti di akademisi dan pelaku usaha, dalam proses izin edar BPOM, termasuk penguatan ekosistem inovasi. Badan POM memastikan bahwa setiap produk inovatif yang akan diproduksi dan beredar memenuhi standar keamanan dan mutu untuk melindungi masyarakat dari resiko kesehatan” tegas Yosef
“FGD ini merupakan titik temu serta langkah strategis untuk mempercepat terciptanya produk inovatif berbasis sumber daya lokal yang aman, bermutu, bernilai ekonomi tinggi, dan berkontribusi pada kesehatan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan” pungkas Yosef menutup sambutannya
Dalam paparanya Yosef menyampaikan hilirisasi hasil riset merupakan proses strategis untuk mengubah inovasi akademik menjadi produk bernilai ekonomi tinggi yang dapat dimanfaatkan masyarakat. “Sulawesi Selatan memiliki ekosistem riset yang kuat dengan kontribusi perguruan tinggi, serta berbagai lembaga penelitian dan inkubator bisnis. Hal ini diharapkan mampu memberikan multiplier effect terhadap peningkatan kesehatan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, tumbuhnya industri berbasis inovasi, serta peningkatan daya saing UMKM” jelas Yosef
Muhammad Zakir selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin mengapresiasiasi kegiatan yang dinisiasi BBPOM Makassar ini, dan berharap dapat dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan, karena pihak akademisi memiliki kendala dalam berkomunikasi dengan pihak industri dalam rangka hilirisasi hasil riset.
“Semoga kegiatan ini dapat rutin dilakukan, dan kami juga harap BBPOM di Makassar dan industri bisa menjadi tempat PKL bagi mahasiswa kami, untuk memberikan gambaran dunia kerja yang sesungguhnya” ujar M. Zakir
Mansyur dari PT Ismut Fitomedika dan Ahyar dari PT Royal Medicalink Pharmalab juga menyambut baik kegiatan ini, mereka menyampaikan bahwa selama ini juga telah mendukung hilirisasi riset di perguruan tinggi. Beberapa produk mereka merupakan hasil riset para peneliti di kampus yang telah diproduksi dan telah mendapatkan izin edar BPOM. “Kami berharap agar riset yang dilakukanoleh para peneliti dilengkapi data-data yang komprehensif, jika ada uji klinik harus sesuai dengan pedoman atau persyaratan BPOM, agar nantinya saat proses registrasi produk dapat berjalan dengan lancar” ungkap Mansyur
“Perlu dipastikan juga ketersediaan bahan bakunya, karena jangan sampai setelah mendapatkan izin edar BPOM ternyata ketersediaan bahan baku tidak mencukupi kebutuhan industri, tentu ini akan merugikan sektor industri” lanjutnya
Abdul Rahim Dekan Fakultas Farmasi Unhas menyampaikan bahwa saat ini Rektor Unhas memiliki komitmen yang kuat terkait hilirisasi riset, bahkan menjadi salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) di setiap Fakultas yang ada bahwa harus ada hasil riset yang dapat ditingkatkan menjadi skla produksi. Namun, salah satu tantangan dalam hilirisasi riset adalah mempertemukan kebutuhan dan tujuan riset yang dilakukan oleh peneliti akademisi dengan industri. “Peneliti di akademisi cenderung agar riset yang dilakukan dapat publish di jurnal ilmiah, dan bisa jadi berbeda dengan kebutuhan industri” ujarnya
“Alangkah baiknya jika memang sedari awal ada komunikasi antara industri dengan peneliti di akademisi, yang dapat difasilitasi oleh BPOM sehingga nanti sinkron riset dengan kebutuhan industri, termasuk pendanaan riset oleh pihak industri” lanjutnya
“Saat ini Universitas Hasanudin juga sedang membangun fasilitas sentra uji klinik , sehingga nantinya pelaku usaha yang ingin melakukan uji klinik produk tidak perlu jauh-jauh ke Jawa, tapi cukup ke Unhas, sehingga lebih efesien dari sisi biaya” ungkap Abdul Rahim
Syamsul Rahman dari Universitas Islam Makassar menyampaikan bahwa sebagai seorang peneliti telah melakukan penelitian yang komprehensif dan mendalam terkait beberapa produk lokal seperti minuman tamba’ yang diyakini dapat membantu meningkatkan stamina pria, dan berharap ada industri yang siap menghilirisasi risetnya, terlebih ketersedian bahan bakunya juga melimpah di wilayah Sulawesi Selatan. “Silahkan jika ada industri yang ingin berkolaborasi untuk menghilirisasi penelitian saya, sudah lengkap dan komprehensif” ungkap Syamsul Rahman
FGD ABG Collaboration ini menegaskan bahwa hilirisasi riset bukan sekadar wacana atau lip service semata, namun merupakan agenda strategis yang membutuhkan komitmen kolaborasi dan keterbukaan untuk menyelaraskan kebutuhan. Melalui semangat kebersamaan dan komitmen berkelanjutan,
FGD ini menjadi pijakan awal untuk melahirkan inovasi yang tidak hanya unggul secara ilmiah, tetapi juga berdampak nyata bagi kesehatan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, penguatan UMKM, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Sulawesi Selatan

Comment