Pedagang Bunga Panen Rezeki Jelang Qingming

QINGMING - Qingming tak ketinggalan dirayakan warga Tionghoa di Makassar. Bukan hal asing setiap jelang perayaan sejumlah ruas jalan di kawasan Pecinan selalu dipenuhi penjual bunga.

MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Ada hal menarik yang dapat disaksikan setiap jelang Qingming. Kegiatan ziarah kubur leluhur yang masih dilakukan kebanyakan warga Tionghoa ini, yang juga kerap disebut Chengbeng selalu membawa berkah bagi pedagang bunga.

Kegiatan Qingming tidak ketinggalan dirayakan warga Tionghoa di Makassar. Sehingga, bukan hal asing jika setiap jelang perayaan sejumlah ruas jalan di kawasan Pecinan selalu dipenuhi penjual bunga (tabur).

Dari pantauan MediaWarta.com, sepanjang Jalan Wahidin Sudirohusodo, Sabtu (19/3) sore, pedagang sudah memenuhi bantar-bantar jalan guna memanfaatkan momentum Qingming untuk memanen rezeki.

Salah seorang pedagang bunga tabur, Marliana, mengungkapkan dapat meraup omset Rp 1 juta per hari. “Tetapi, tidak tentu juga. Karena momen Chengbeng tidak lama, paling satu minggu warga sudah tidak pergi ziarah kubur lagi,” ujarnya.

Wanita yang mengaku membeli bunga jualannya di daerah Bulurokeng Makassar, sudah berjualan sejak Kamis (17/3). Marliana menjelaskan, pembeli biasanya sudah membeludak satu minggu jelang Qingming, setelah itu sepi dan tidak ada transaksi lagi. Sehingga, ia tidak menyediakan banyak stok bunga tabur.

Senada Marliana, pedagang lainnya yang juga berjualan di daerah Pecinan, Amir, mengaku menggunakan momen Qingming untuk berjualan bunga tabur. “Jualan bunga pas Chengbeng saja. Biasanya, puncak ramai pembeli pada malam acara (Qingming), saya bahkan menjual sampai subuh,” tutupnya.

Sekadar diketahui, di Tiongkok dan juga di negara-negara dengan mayoritas etnik Tionghoa, tradisi Qingming dilaksanakan pada hari ke-104 setelah titik balik matahari di musim dingin, atau hari ke-15 pada hari persamaan panjang siang dan malam di musim semi. Pada umumnya, dirayakan setiap 4-5 April di tahun kabisat.

Qingming sudah dijalankan masyarakat Tionghoa di era Dinasti Tang, saat Kaisar Xuanzong berkuasa. Kegiatan dimaksudkan sebagai pengganti upacara pemujaan nenek moyang yang selama ini dirasakan terlalu mahal dan rumit.

Guna menurunkan biaya dan menghemat anggaran kerajaan, Kaisar Xuanzong mengumumkan penghormatan cukup dilakukan dengan mengunjungi kuburan leluhur pada hari Qingming.

Comment