Sejak Difilmkan, Kungfu Wingchun Kian Populer di Dunia

WINGCHUN - Salah satu adegan film Ip Man yang diperankan Donnie Yen. Wingchun diciptakan biksuni Shaolin, Ng Mui pada era Dinasti Qing.

MEDIAWARTA.COM, CITAYAM – Rasanya, pukulan dan tinju yang diperagakan aktor laga Hongkong, Donnie Yen sudah tidak asing lagi bagi penikmat film kungfu. Pasalnya, film yang mengisahkan kehidupan guru beladiri kungfu, Ip Man yang juga merupakan guru Bruce Lee ini sudah sangat populer di banyak negara Asia, bahkan Eropa. Karena sangat populernya, film Ip Man sudah beredar hingga tiga sekuel.

Ketenaran jurus Wingchun yang fokus pada efektivitas tinju kepalan tangan, juga sudah digemari sebagian masyarakat Indonesia. Meskipun belum sepopuler Wushu, namun Wingchun memiliki keunikan tersendiri karena memusatkan lontaran pukulan seefektif mungkin.

Di Indonesia, Wingchun sudah merambah beberapa daerah, termasuk di Citayam, Jawa Barat. Di sini, puluhan orang rutin berlatih Wingchun aliran Bailong (Naga Putih).

“Wingchun Bailong termasuk salah satu kungfu langka. Kungfu aliran ini langsung dari Tiongkok, masuk ke beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia,” terang Gatut Suwardana, pendiri perguruan beladiri Wingchun Bailong, saat ditemui beberpa waktu lalu di Kompleks Departemen Pertanian, Jalan Kenanga, Citayam.

Menurut Gatut, perguruannya sudah dibuka sejak 1996, jauh sebelum film Ip Man dirilis. “Murid yang kami terima di perguruan ini, harus melalui serangkaian tes fisik. Ini memang peraturan dari perguruan, apakah mereka bakal lulus atau tidak,” ujarnya.

Dijelaskan, bila merunut ke belakang, kungfu aliran ini pertama kali diperkenalkan She Han Giok Gian di Malang pada 1970. “Saat itu, banyak yang ingin menjadi muridnya. Namun, ia tidak mudah menerima murid. She Han beralasan, dari sisi fisik (sebagai dasar kungfu) banyak di antara mereka tidak masuk kriteria. Karena itulah, Wingchun Bailong perkembangannya lambat di Indonesia,” aku Gatut.

Ditambahkan, secara parsial perkembangan Wingchun yang lambat juga diperparah keluarnya aturan pemerintah Orde Baru hingga memasuki era reformasi. “Belajar kungfu tidak diperbolehkan pada rezim Orde Baru. Pokoknya, hal-hal berbau Cina (Tiongkok) tidak diizinkan, termasuk kungfu dan barongsai,” imbuhnya.

Selain itu, kerahasiaan dari jurus tertentu yang sudah menjadi budaya dalam sebuah perguruan kungfu, juga menjadi penghambat. Akan tetapi, saat ini hal tersebut bukan pengalang lagi. Pasanya, peminat kungfu, khususnya Wingchun makin banyak. Selain itu, era reformasi sudah memperbolehkan kebudayaan Tionghoa dipertunjukkan, bahkan dikembangkan sebagai salah satu khazanah kebudayaan Indonesia.

“Dari data yang pernah kami himpun, dari seribu murid yang mempelajari kungfu, 30 persen bukan etnis Tionghoa. Begitu juga dengan Wingchun Bailong yang peminatnya dari berbagai kalangan,” urai Gatut.

Dipaparkan, tidak heran jika saat ini perguruan Naga Putih sudah ada di Surabaya, Bandung, Malang, dan Jakarta.

Diciptakan Biksuni Shaolin Era Dinasti Qing

Gaya dan jurus Wingchun Bailong terkesan ortodoks. Tidak ada pengembangan jurus seperti yang dilakukan Bruce Lee dengan aliran Jetkundo-nya. Wingchun Bailong terkait erat sejarah Shaolin pada era Dinasti Qing.

Teknik kungfu ini memang awalnya diciptakan untuk wanita oleh biksuni asal Shaolin, Ng Mui. Bersama empat biksu Shaolin lainnya, Ng Mui menciptakan tinju efektif untuk menghadapi serangan pasukan Dinasti Qing.

Sebagian besar biksu Shaolin masih memiliki ilmu kungfu di level menengah. Secara fisik mereka kuat, namun teknik silatnya belum matang. Akhirnya, kelima pakar beladiri itu menciptakan teknik memukul yang efisien dan efektif, namun sangat mematikan.

Beberapa tahun kemudian, Ng Mui mengajarkan teknik dahsyat ini kepada Yim Wingchun. Akhirnya, teknik beladiri ini dinamakan Wingchun, sesuai nama pesilat wanita itu.

Jadi, gaya tinju Wingchun Bailong berasal dari Tiongkok daratan, berbeda dengan Wingchun lainnya yang berasal dari Hongkong.

 

Comment