Taucang, Kuncir Khas Tiongkok Era Dinasti Qing (2)

WAJIB - Salah satu adegan film Fearless yang diperankan Jet Li. Film mengambil latar belakang Dinasti Qing yang memberlakukan model rambut Taucang. Taucang wajib bagi kaum pria, sebab kalau tidak hukumannya penggal kepala.

MEDIAWARTA.COM – Kaisar Dinasti Qing, Shunzhi atas bantuan Jenderal Wu Sangui (mantan jenderal pada masa Dinasti Ming yang membelot) berhasil menerobos Tembok Besar dan menguasai Beijing pada 1644.

Untuk memperkuat legitimasi penaklukan atas orang Han, Shunzhi memerintahkan semua orang Han harus memangkas rambut sesuai tradisi kuncir orang Manchuria. Yang menentang perintah harus dipenggal. Semboyan tirani waktu itu adalah, ingin rambut penggal kepala, ingin kepala penggal (pangkas) rambut. Saat dikeluarkannya aturan tersebut, banyak juga yang langsung membotakkan kepala dan menjadi biksu untuk menunjukkan perlawanan.

Sejak saat itu, semua orang Tionghoa wajib bertaucang. Ketika terjadi eksodus ke negara lain, orang-orang Tionghoa perantauan atau biasa disebut Hua Ren masih mempertahankan model rambut mereka yang setengah botak dengan kuncir ekor kuda yang dililit seperti cemeti. Hal itu dapat dilihat dari Tionghoa peranakan yang masuk ke Indonesia pada awal abad ke-18 sampai awal abad ke-20.

Di pengujung abad ke-19 dan awal abad ke-20, korupsi dalam birokrasi dan kolonialisasi Barat menjadikan Tiongkok bangsa yang lemah. Pada 1911, pemimpin kunci revolusi Sun Yat Sen melancarkan revolusi Xinhai dan berhasil menumbangkan Dinasti Qing. Ia kemudian mendirikan Tiongkok sebagai negara republik dan menjadi presiden pertama sementara (1 Januari 1912-1 April 1912), sebelum digantikan presiden pertama, Yuan Shikai.

Sun Yat Sen adalah salah satu tokoh nasionalis garis keras yang menolak Taucang sebagai bentuk perlawanan terhadap Dinasti Qing. Setelah republik Tiongkok berdiri, otomatis tradisi Taucang hilang dengan sendirinya, tidak terkecuali pada suku asli Manchuria.

Comment