Bisnis Optik yang Menjanjikan

MEDIAWARTA.COM, JAKARTA – Saat ini, konteks yang terjadi dalam bisnis optik atau kacamata dapat dikatakan bermetamorfosis dari fungsi pengobatan menjadi trend-setter. Kacamata tak sekadar alat yang dapat menormalkan penglihatan seseorang, akan tetapi juga berfungsi menjadi aksesoris dan mode yang dapat menaikkan gengsi.

Tak heran, dalam sebuah etalase, kacamata dengan merek-merek ternama seperti Rodenstock dan Essilor dapat berharga belasan, bahkan puluhan juta rupiah per bingkainya. Dunia mode dewasa ini pun tak dapat lepas dari kacamata, dan bisnis optik berubah menjadi lahan gembur untuk menuai laba.

Hal itu diungkapkan pemerhati bisnis-sosial, Khiva Amanda saat dimintai komentarnya beberapa waktu lalu di Jakarta. “Sekarang, fashion baik dari luar maupun dalam negeri sangat meng-influence masyarakat. Ini termasuk mode kacamata dan softlens (lensa kontak). Oleh karena itu, saat ini banyak toko optik bermunculan yang memiliki tenaga kerja ahli dan berkompeten demi menghasilkan sebuah kacamata yang representatif,” urainya.

Hal itu pulalah yang mendorong banyak pelaku usaha yang ingin membuka usaha optik. Dapat dikata, optik adalah kebutuhan sehari-hari masyarakat yang mengalami gangguan penglihatan.

“Menurut saya, toko optik adalah salah satu usaha yang boleh dibilang timeless business. Selain memiliki masa resistansi yang panjang, usaha ini juga tak mengenal kedaluwarsa seperti bahan pangan. Kendalanya, paling cuma ketinggalan mode, terutama pada frame atau bingkainya. Tetapi, tetap saja dapat digunakan bagi yang mengabaikan soal penampilan,” ungkapnya.

Khiva beralasan, tingginya kebutuhan terhadap kacamata lantaran meningkatnya kebutuhan masyarakat pada obat untuk menormalisasi penglihatan ini. Menurut data yang ia peroleh dari Direktorat Jenderal (Dirjen) Industri Logam, Mesin, dan Tekstil di 2008 silam, sekitar 40 persen penduduk Indonesia atau melingkupi sekitar 80 juta orang di Indonesia membutuhkan kacamata.

“Itu data pada 2008 lalu. Apalagi sekarang, dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka otomatis kebutuhan terhadap kacamata semakin meningkat. Saya kira, inilah peluang usaha yang minim risiko, apalagi keuntungan dari harga jual kacamata per frame bisa mencapai 25 persen sampai 30 persen,” bebernya.

Kendati demikian, ibu dari dua orang putri mengingatkan bisnis optik juga memiliki aturan yang sama dengan bisnis lainnya. Sebab kalau tidak, menurutnya usaha apapun itu akan menyebabkan kolaps, terutama jika tidak memiliki perencanaan usaha yang jelas.

“Tujuan pemasaran penting direncanakan pelaku usaha, karena ini akan memberikan tanggapan yang positif bagi konsumen. Informasi yang jelas secara visual maupun verbal, dan tidak menyinggung perasaan konsumen akan menguntungkan pihak produsen,” pesannya.

Tidak menyinggung konsumen yang dimaksud wanita yang hobi membaca buku motivasi ini, adalah pelaku usaha harus menampilkan produk yang berkualitas. Di sini, pelaku usaha harus benar-benar tunduk pada aturan main. Selain itu,harga jual harus sesuai segmentasi.

Comment