BI Sulut Sosialisasi Penggunaan Uang Logam

MEDIAWARTA.COM, MANADO – Bank Indonesia (BI) Kantor Wilayah Sulut menggelar “Bazaar Penukaraan Uang Logam” di Kantor Wilayah BI (depan Modern Pasar 45), Manado, Senin-Rabu (2-4/5/2016). Kegiatan juga mensosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah dan cara memperlakukan uang.

Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI Pusat, Luctor E Tapiheru, menjelaskan, maksud dari percetakan uang logam adalah agar bisa beredar lebih lama di masyarakat. Pasalnya, dibandingkan uang kertas, uang logam memilik daya tahan yang lebih baik.

“Tetapi dalam praktiknya, kami melihat pengeluaran uang logam tidak sebanding pengembaliannya yang sangat rendah. Bahkan, secara nasional tingkat pengembalian uang logam hanya mencapai 20 persen,” bebernya.

Luctor menambahkan, kalau digunakan untuk transaksi pihaknya menganggap wajar, tetapi ketika permintaan di luar meningkat terus, sementara pengembalian uang logam hanya sedikit, untuk perlu diadakan penukaraan uang logam sepeti ini.

“Yang menjadi permasalahan, ketika permintaan masyarakat meningkat sementara uang logam yang kami sebarkan tidak pernah kembali, akan membuat kerugian yang sangat besar terutama dalam proses pembuatan uang logam. Karena seperti yang diketahui, biaya pembuatan uang logam itu lebih mahal dibandingkan uang kertas.

Oleh karena itu, Luctor mengimbau masyarakat ketika uang logam yang ada pada mereka sudah tidak terpakai lagi, jangan hanya ditumpuk melainkan harus dikembalikan ke bank melaui penukaran dan sebagainya.

“Ini agar proses pembuatan uang setiap tahunnya bisa berjalan seimbang, baik pengeluaran maupun pengembaliannya,” harapnya.

Sementara itu, Deputi BI Sulut, A Yusnang, menambahkan, kegiatan merupakan salah satu inisiatif pihaknya untuk merespons adanya informasi dalam masyarakat, ada fenomena sekelompok masyarakat mengatakan uang logam sudah tidak berlaku lagi.

“Untuk itu, melalui kegiatan BI seperti ini, kami ingin menegaskan uang logam masih berlaku dan merupakan alat tukar yang sah menurut undang-undang. Bazar kali ini bukan hanya menukar uang logam, tetapi juga uang kertas,” imbuhnya.

Menurut Yusnang, kegiatan yang digelar pihaknya sekaligus mengedukasi masyarakat jika uang logam masih berlaku dan memiliki nilai strategis dalam transaksi. Pasalnya, uang pecahan kecil itu sengaja dicetak untuk memperlancar transaksi pembayaran, khususnya transaksi yang sifatnya kecil.

“Selain itu, kami juga mengadakan sosialisasi keaslian dan cara memperlakukan uang, hal ini dilakukan agar masyarakat lebih paham lagi mengenai keaslian uang yang beredar sehingga tehindar dari peredaran uang palsu,” tutupnya.

Comment