Bisnis Mainan Anak Masih Potensial

MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Ditemani orangtua mereka, beberapa anak tampak ceria dituntun menyusuri labirin mainan di pusat grosir mainan anak di Pasar Sentral, Makassar, beberapa waktu lalu. Meskipun saat ini para pedagang mainan anak kebanyakan hanya berupa lapak pasca-kebakaran empat tahun lalu, namun hal tersebut tak menyurutkan minat bocah-bocah itu untuk berburu mainan yang lucu-lucu seperti mobil-mobilan, pistol air, bola plastik, boneka, standing character superhero, dan lain-lain.

Panas terik matahari siang yang menyengat tidak menyurutkan kecerian khas anak-anak untuk hunting mencari mainan idaman mereka. Beberapa malah tampak merengek dan menangis saat permintaan mereka untuk membeli mainan tertentu tak digubris orangtuanya.

Itulah sekelumit pemandangan tentang konsumerialisme konsumen cilik yang dapat dijumpai sehari-hari di salah salah satu pusat perbelanjaan tertua di Kota Makassar ini.

Memang, di tempat ini puluhan lapak yang dulunya kios permanen sebelum terbakar merupakan pusat penjualan mainan anak yang lengkap dan berharga terjangkau. Konsumennya bukan saja anak-anak, akan tetapi para pedagang mainan dari berbagai daerah di Sulsel. Hal inilah yang mendorong Jeffry Lewa, salah satu distributor besar mainan anak di Kota Makassar untuk mengeruk laba di celah ini.

Ditemui di toko mainannya, “Star Toys”, Jalan Wahidin Sudirohusodo, Makassar, belum lama ini, ayah tiga anak tersebut mengungkap, mainan anak memiliki prospek yang bagus. Prospek yang dimaksud adalah pangsa pasar di komoditas ini bersifat “long term”, dan tak tergerus zaman.

“Mainan anak tidak memiliki risiko besar seperti komoditas makanan, atau sandang misalnya. Meski ada tren terhadap tema mainan tertentu, tetapi anak-anak tetap dapat membeli mainan dengan model lama karena komoditas ini permanen dan tak kedaluwarsa,” ujar pria yang juga berinvestasi di bidang properti ini.

Dijelaskan, meski tetap memiliki risiko seperti kerusakan, namun rasionya kecil bila dibandingkan profit margin yang diperoleh per itemnya. “Risiko tetap ada seperti kerusakan saat pengiriman barang. Kurang lebih tiga persen, dan itu risiko yang mesti kami tanggung,” ujar penggemar motor gede (moge) ini.

Adapun nilai persentase profit margin dari hasil jualannya berkisar 10-15 persen. “Omset bruto sekitar Rp 50 juta-Rp 100 juta per bulan. Sebenarnya tidak besar, tetapi bisnis komoditas mainan anak ini rasio atau tingkat risikonya tidak besar,” imbuh Jeffry.

Effendy Wongso/Foto: Effendy Wongso

Comment