Cinta di Horizon Baur

Petugas telah memberitakan bahwa kapal akan transit di Pelabuhan Tanjung Perak kurang lebih satu jam lagi. Seperti biasa, sehabis bersih-bersih dan berdandan sedikit, Riana pasti keluar dan naik ke dek tujuh. Menghirup udara laut sembari ngobrol bareng Rio. Tadi malam sebelum mereka beranjak ke kamar masing-masing, mereka sepakat untuk bertemu kembali di sana.

Riana keluar dari kamarnya ketika dia berpapasan dengan Yuli, teman sekelasnya di SMA Al-Azhar Jakarta.

“Lho, kok di sini?” Kalimat itu nyaris bersamaan keluar dari bibir Riana dan Yuli.

“Wow, dunia ini memang sempit ya?” teriak Riana sembari merangkul tubuh jangkung Yuli.

“Aku kangen sama orang rumah,” Yuli menjawab alasannya untuk pulang ke kampung halamannya di Palu. “Kalau kamu?” Yuli kini yang bertanya, dengan alur pertanyaan yang sama.

“Sama.”

Mereka pun bersamaan ke dek atas. Di sana mereka ngobrol sepuas-puasnya sembari menunggu Rio yang belum datang.

“Hai, girls.” Tiba-tiba Rio memotong obrolan Riana dan Yuli dengan kalimat cueknya. “Sudah lama menunggu, ya?”

“Belum,” Riana menggeleng dengan binar mata riang. Bibirnya mengembang membentuk senyum senang.

Dia pun memperkenalkan Yuli kepada Rio. Mereka mengobrol sebentar. Lalu Rio mengajak kedua gadis itu ke kafetaria di dek enam. Ngobrol sembari menikmati secangkir teh atau kopi tentulah lebih mengasyikkan.

Comment