Cinta di Horizon Baur

Riana sendiri tidak mengerti. Mengapa dia begitu cepat berpaling dari Bram. Padahal, Rio baru dikenalnya di atas kapal kemarin, dari Pelabuhan Tanjung Priok. Tiba-tiba saja dia sudah terpikat oleh pesona cowok itu. Dan, jatuh cinta padanya!

Rio humoris banget. Ramah dan bersahaja. Jadi apa salahnya kalau hatinya terpikat? Membohongi hatinya untuk tetap mencintai Bram mungkin dia bisa. Tapi, sampai kapan?!

Kemarin sewaktu kapal transit di Surabaya, Rio mengajaknya ke Pasar Turi. Rio simpatik banget. Ditraktirnya dia dan Yuli makan-makan. Dia juga tidak segan-segan membelikannya suvenir. Boneka Miki Tikus. CD musik Boyzone. Gantungan kunci lucu. Serta kerupuk babat berbungkus-bungkus. Dan selama kurang lebih empat jam waktu transit itu, Rio benar-benar bikin dia happy. Lantas, atas dasar apa Yuli mencemburui hubungannya dengan Rio? Uh, Yuli sih memang begitu. Soalnya, dia pasti memihak saudara misannya!

Hari masih agak pagi. Dia memang sengaja bangun cepat-cepat. Terlambat dan kesiangan, itu berarti dia harus ikut barisan antri orang-orang yang hendak mandi. Sekarang, dia sudah bersih. Wangi. Hm, sebentar lagi Rio akan menyusulnya kemari.

Sambil menunggu Rio, Riana berjalan mondar-mandir di sekitar geladak. Sesekali berhenti, mengamati sepasang camar yang terbang rendah mengitari kapal. Dia tersenyum. Betapa bahagianya mereka. Bebas.

Ah, mungkin sudah saatnya kalau dia lepas dari Bram yang selama dua tahun belakangan ini seperti membelenggunya.

Comment