Jejak Sejarah Suku Bugis di Sabah Malaysia

MEDIAWARTA.COM – Sabah adalah salah satu negeri bagian Malaysia, yang terletak di Malaysia bagian timur. Daerah ini mendiami sebuah pulau di Kalimantan, letaknya berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Timur.

Di daerah ini sangat unik, karena mereka berbelanja dengan menggunakan mata uang ganda. Terkadang menggunakan Rupiah Indonesia, terkadang juga menggunakan Ringgit Malaysia.

Di Sabah, bangsa Bugis telah menjadi salah satu kumpulan masyarakat yang terbesar. Suku Bugis di Sabah, dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Melayu berdarah Bugis (10 %), Bugis bertaraf wargenegara (30 %) dan Bugis Indonesia bukan bertaraf warganegara (60 %).

Kedatangan suku Bugis di Sabah, berkaitan dengan sejarah eksplorasi Tawau. Menurut sejarah yang berkembang di masyarakat, suku Bugis meninggalkan Kepulauan Sulawesi menuju Pulau Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaysia dan Kalimantan sejak abad ke-16.

Tahun 1840 dijadikan sebagai bukti, untuk menyatakan tempat awal eksplorasi Tawau oleh suku Bugis. Penempatan awal oleh suku Bugis ini dimulai di daerah yang dikenal bernama Ranggu. Suku Bugis sudah menjelajahi daerah Tawau, dan membuat Ranggu sebagai salah satu tujuan berdagang,  dan membawa masuk pekerja buruh ke perkebunan milik pemerintah Inggris saat itu. Adapun Ranggu didirikan oleh K.K. Salim di Kampung Sungai Imam, Bombalai.

Kemudian ada seorang lagi dari suku Bugis, yang masih merupakan kerabat kerajaan Bone bernama Petta Senong menetap di Sungai Imam, Bombalai. Pekerjaan mereka adalah sebagai orang upahan Pemerintah Sulu, untuk menghilangkan sebanyak mungkin bajak laut yang bergerak di perairan Laut Sulu.

Sampai akhirnya beberapa daerah baru terus dieksplorasi oleh suku Bugis, yang termasuk situs pengembangan Kota Tawau. Beberapa suku Bugis yang terlibat dalam eksplorasi kota Tawau antara lain Puang Ado, Daeng Mappata, Wak neke, Wak Gempe dan Haji Osman.

Konsep siri’ masiri’ (malu) yang berkembang pada masyarakat di Sabah, yang dikaitkan dengan kata-kata suku kaum Bugis antara lain:

“…aja mumaelo’ nabetta taue makkalla ricappa’na lete’ngnge”.

Artinya : Janganlah engkau mau didahului orang lain menginjakkan kaki di ujung titian ( Janganlah engkau mau didahului orang lain untuk mengambil rezeki ).

Comment