Mie Titi, Kuliner yang Fenomenal di Indonesia

MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Fredy Kohen, anak kelima dari delapan bersaudara pasangan Rusmin Kohen (Titi) dengan Yenny, mengungkap, ayahnya yang lahir di Makassar, 15 Februari 1942, sebagai generasi kedua pelanjut usaha kuliner Mie Titi, juga kerap dipanggil Titi oleh sahabat-sahabatnya.

Titi berarti “adik laki-laki” dalam bahasa Mandarin. “Jadi tidak heran, Rusmin Kohen akrab pula disapa Pak Titi atau Baba Titi,” beber Fredy saat ditemui beberapa waktu lalu di salah satu rumah makannya, Jalan Wahidin Sudirohusodo, Makassar.

Ketika mulai mandiri, kenang Fredy, ayahnya membuka usaha mi goreng sendiri di 1975. Awalnya, masih kontrak di Jalan Bali. “Warung ifu mi kami saat itu belum punya nama, dan lokasinya pun sempat pindah hingga tiga kali,” jelas pria kelahiran Makassar, 5 Agustus 1972 ini.

“Penyebab nama ‘Titi’ itu muncul sebagai nama warung makan kami, karena pelanggannya pada waktu itu, setiap mau makan warung makan kami, selalu menyebut ‘kita makan di Titi saja’. Dari ungkapan itu ternyata melambungkan nama ifu mi ini sampai sekarang,” paparnya.

Di 1980, lanjut Fredy, mulailah Mie Titi membuka cabang pertama di Jalan Irian yang sekarang berubah nama menjadi Jalan Wahidin Sudirohusodo. “Di sini, warung makan Mie Titi mulai dikenal hingga sekarang,” imbuhnya.

Dua dasawarsa sukses mendulang laba dari jualan ifu mi yang menjadi “brand generic”, Mie Titi kemudian membuka cabang di beberapa lokasi di Makassar dan Parepare. “Di 2004, Mie Titi membuat gebrakan baru, membuka cabang di Bali, dan diberi nama Mie Galang. Cabang pertama di luar Sulsel disuguhi menu variatif seperti Mi Jakarta, Nasi Goreng, Mie Galang, Nasi Capcay, dan menu andalannya, Mie Titi,” beber Fredy.

Sementara itu, cabang keempat Mie Titi berdiri pada 2005 di Jalan Datu Musseng. Pada 2006 dan 2007, Mie Titi kembali membuka cabang di Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) dan Sungguminasa, Gowa. Pada 2010, berdirilah cabang Mie Titi di Jalan Perintis Kemerdekaan.

“Masing-masing cabang punya manajemen sendiri, dan dikelola kami delapan bersaudara,” tutur Fredy yang sekaligus menjadi koordinator tiga cabang, Jalan Boulevard Raya di kawasan Panakkukang, Jalan Datu Musseng, dan di Jalan Wahidin Sudirohusodo.

Dijelaskan, kendati dikelola dengan manajemen berbeda, ia memastikan rasa dan kualitas Mie Titi tetap sama. “Untuk itulah, saya biasa mengunjungi cabang Mie Titi lainnya, ikut mencicipi. Kalau ada yang berbeda dari rasa aslinya, maka saya pasti akan memberi masukan,” tandasnya.

Effendy Wongso/Foto: Effendy Wongso

Comment