Cinta Bukan Perkara Gemuk atau Langsing

Foto: Getty Images

Di kafe itulah Rudi dan Kezia kembali merajut hubungan percintaan mereka. Kezia seolah-olah melupakan begitu saja perbuatan Rudi yang mendepaknya karena kegemukan. Ia berselingkuh dengan gadis lain yang bertubuh langsing, Jenny. Namun sekarang cowok itu datang, dan kembali mengumbar kalimat gombal yang lebih dahsyat dari ‘rayuan pulau kelapa’.

Sehingga seorang Kezia dapat dibuainya hanya dengan sebaris kalimat maaf. Kali ini emosi dan ruapan amarah hati Kezia meluyak menjadi rindu dan sayang. Terhadap pemuda yang pernah mencampaknya begitu saja. Dan pemuda bernama Rudi itu berjanji dengan sungguh-sungguh akan menjaga Kezia dengan baik. Serta melunakkan standar pasangan yang diinginkannya, yaitu harus berbadan langsing.

***

Kezia menangis bahagia di atas tempat tidurnya. Di dalam kamar tidur yang bernuansa merah-jambu serta terdapat banyak hiasan bunga dan boneka. Rupanya, doa yang telah dihaturkan selama delapan bulan terakhir ini didengar oleh Tuhan. Rudi kembali lagi ke pelukannya. Tak percuma ia tetap setia dan menutup hatinya terhadap pemuda manapun yang mencoba mendekatinya.

Tok-tok-tok….

“Kezia, sudah malam. Ayo turun makan malam!” seru Mama sambil mengetuk pintu.

“Ehm… Kezia tidak lapar, Ma! Tadi juga sudah makan.”

“Ah, yang benar? Ya sudah, tapi jangan bohong, ya?”

“Iya.”

Rasa lapar Kezia hilang begitu saja tertutup oleh kebahagiaan. Padahal, sedari tadi ia hanya makan sereal di pagi hari dan minum jus mangga di kafe tadi bersama Rudi. Keinginan untuk diet tiba-tiba muncul mengikrar di dalam angannya. Ia jelas tidak ingin mengecewakan Rudi yang begitu tampan.

Kez, cinta itu platonis! Ia tidak berpamrih. Ia  mau menerima kamu apa adanya! Jadi, untuk apa kamu menyiksa diri berlapar-lapar begitu? Jadinya, kamu bisa jatuh sakit lagi!

Suara hatinya muncul begitu saja begitu ia menutup mata sebentar. Tak diindahkannya suara batinnya tersebut, dan meneguhkan tekadnya untuk tetap berdiet keras supaya menjadi langsing. Tidak ada salahnya kan mempunyai tubuh langsing seperti dulu? Lagian, kan lebih sehat! begitu dalihnya dalam hati. Sesaat kemudian, lambungnya mulai mengeriut keroncongan,  dan itu merupakan sirine kalau ia harus makan. Namun ia hanya menahan lapar dengan rasa sakit yang luar biasa.

Di dalam ‘penyiksaan diri’, ia bangkit dari tidurnya. Meraih buku hariannya di laci meja belajarnya. Dibukanya lagi buku hariannya yang bersampul putih bergambar piano dengan tuts-tuts  khas hitam dan putihnya. Begitu dibuka, selembar kartu ucapan dari Olive, sahabatnya, terjatuh. Kartu ucapan yang berisi kata-kata bijak:

‘Jangan pernah lagi menyentuh bagian lama dalam kehidupanmu yang telah membuatmu sedih, bingung dan menangis. Itu bukanlah kebahagiaan. Kebahagiaan itu pasti akan membuatmu bertumbuh dan tidak berkutat jatuh bangun di dalam lubang yang sama.’

Comment