Mata yang Melihat Cahaya

Dia tak akan pernah ketinggalan salat subuh berjemaah, saat orang-orang lelap tertidur, atau saat orang-orang terbangun sekejap karena diganggu panggilan azan, dia sudah ada di masjid menegakkan agama Allah. Dialah orang yang sangat beruntung itu.

Dia akan bisa memenuhi panggilan agung itu setiap waktu fardhu lainnya serta sunnat-sunnatnya, tak ada lagi musala yang terkunci rapat dan gelap tak bersuara kecuali serangga. Setiap langkah kakinya dari rumah ke masjid dihitung pahalanya, tubuhnya di akhirat kelak akan bercahaya, semua doanya diijabah.

Membayangkan semua itu, Salimin merasa masjid itu adalah anugerah terindah Allah baginya. Dia merasa begitu disayang Allah, dan Allah masih memberinya kesempatan melihat perubahan yang tak pernah dibayangkan semua orang di kampungnya.

Bahwa, salah satu mesjid terbesar di dunia sebentar lagi akan berdiri dan menjadi tetangganya, yang kubahnya saja katanya dilapisi emas murni 24 karat, lampu-lampunya terbuat dari kristal yang berkilauan cahaya. Pilar-pilarnya tinggi menjulang dilapisi marmer terbaik dari negeri-negeri yang tak pernah dibayangkan Salimin kemegahannya.

Comment