Wow, Betapa Indahnya Tarian Dewi Seribu Tangan

MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Tarian ini disebut dengan Tarian Dewi Seribu Tangan, atau kadang juga Dewi Tangan Seribu. Layaknya tarian lainnya, tarian Dewi Seribu Tangan ini juga diiringi musik. Karena dulunya memang ditujukan untuk menghibur kaisar di Tiongkok, maka musiknya juga terdengar sakral dan bernuansakan kekaisaran.

Kini, tarian Dewi Seribu Tangan tak lagi hanya menjadi tontonan kaisar. Setiap kali peringatan hari besar, terutama terkait agama Buddha, tarian ini biasanya disajikan sebagai hiburan. Malah, perayaan Imlek bahkan resepsi pernikahan di Kota Makassar, juga sudah menyajikan tarian ini sebagai hiburan. Menyajikan tari-tarian, mulai dari tarian tradisional sampai modern, memang menjadi kebiasaan dalam sebuah resepsi pernikahan etnik Tionghoa.

Di Makassar, tarian Dewi Seribu Tangan ini kerap dimainkan penari-penari dari Vihara Girinaga. Dalam beberapa pagelaran Imlek maupun karnaval Cap Go Meh, tarian ini selalu memukau audience, baik etnik Tionghoa sendiri maupun kalangan non Tionghoa.

Dari data manuskrip Tiongkok kuno, ihwal tarian ini sebenarnya dipersembahkan dan dipertunjukkan sebagai salah satu bagian dari berbagai rangkaian hiburan untuk para undangan di zaman kekaisaran Tiongkok. Biasanya, tema yang diusung adalah kesucian para totem, khususnya Dewi Guan Yin atau lebih dikenal sebagai Avalokitesvara bagi pemeluk agama Buddha mazhab Theravada.

Dalam perkembangannya, tarian yang dinamakan “Goddest of Mercy” ini, telah beradaptasi di beberapa negara dengan mayoritas pemeluknya yang beragama Buddha, seperti di Thailand dan Myanmar. Tarian tradisional asli etnik Tionghoa ini menggambarkan keindahan gerak dan moralitas dalam kehidupan yang diimplementasikan dalam bentuk tarian.

Dalam gelaran acara yang umumnya melibatkan umat Buddha atau warga Tionghoa di Makassar, kerap disuguhi penampilan tarian khas bernama Tari Dewi Seribu Tangan yang biasa dibawakan lebih dari sepuluh orang. Sepintas, dari gerakannya, tarian tersebut sangat mudah dilakukan. Padahal, sebenarnya tidak mudah jika ingin membawakannya dengan sempurna.

“Di dalam setiap gerakannya, terkandung makna yang menceritakan sifat-sifat Sang Dewi (Guan Yin) yang dijelaskan dalam kitab suci atau sutra umat Buddha,” jelas Ketua Yayasan Vihara Girinaga, Roy Ruslim, saat ditemui beberapa waktu lalu dalam perayaan Imlek di Makassar.

Dijelaskan, pada dasarnya tarian Dewi Seribu Tangan diambil dari kitab suci agama Buddha, Saddharma Pundarika, menceritakan Avalokitesvara yang welas asih.

Di dalam kitab tersebut disebutkan, Sang Dewi mempunyai 32 wujud, seribu kemukjizatan, dan mempunyai delapan keanggunan. “Karena itu, tari Dewi Seribu Tangan tersebut mempunyai makna yang mengisahkan sifat penyayang, penolong, serta welas asih. Dengan kata lain, tarian itu menceritakan tentang isi kitab tersebut,” paparnya.

Kendati cukup mudah dalam membawakan gerakkan tarian itu, namun sebut Roy, setidaknya perlu waktu setahun agar benar-benar solid dan penari benar-benar memahami makna tariannya.

Novianti/Foto: Effendy Wongso

Comment