Dialog Jingga Keping Hati

Foto: Istimewa

“Agnes…!”
“Apa?”
“Sungguh. Aku tulus sama kamu.”
“Tulus? Terus, bagaimana nasib Sisil, Egi, Fauziah, Indah, Maurentina, Icha, Rita….”
“Aku tidak mencintai mereka….”
“Kalau kamu tidak cinta sama mereka, untuk apa mereka kamu kasih harapan palsu?”
“Ak-aku….”
“Cuma sebagai kelinci percobaanmu, kan?”
“Aku tidak seburuk sangkamumu, Agnes!”
“Sudah deh, Dan. Kupikir, kamu gampang kok nyari gadis lain.”
“Tapi….”
“Untuk apa sih kejar-kejar aku? Di luar, banyak gadis yang jauh lebih cantik dibandingkan aku. Dengan wajahmu yang ‘ehem’ itu….”
“Aku merasa bahagia bila bersama kamu, Nes!”
“Ah, siapa bilang? Aku merasa biasa-biasa saja, kok. Just feeling. Hanya perasaan. Lama-lama perasaan itu juga akan hilang kok, Dan.”
“Sumpah, Nes!”
“Kita berteman saja. Kayaknya lebih baik kalau begitu. Soalnya tidak bakal ada hati yang tersakiti. Benar tidak?”
“Nes!”

Agnes tersenyum. diseruputnya seteguk kopi yang dibuatnya tadi. Sudah dingin. Kopi yang satu untuk Ardan malah belum tersentuh sama sekali.

“Kamu takut, Nes?”
“Takut pacaran maksudmu?”

Ardan mengangguk.

“Aku tidak takut. Kalau takut patah hati misalnya atau apalah, ya tidak usah berpacaran. Kecewa, patah hati, atau apalah namanya merupakan risiko berpacaran.”
“Terus?”
“Jelas dong, aku mesti memilih mana pemuda yang baik buat kujadikan pendamping. Ini kan, soal hati. Memangnya memilih permen apa? Sembarangan saja main comot.”
“Ja-jadi…?”
“Aku ingin pemuda yang sudah aku kenal baik sifat maupun kepribadiannya. Aku kira, semua gadis di luar sana juga memikirkan hal yang sama denganku.”

Ardan termangu. Ludahnya terasa pahit. Tak ada kalimat lagi yang hendak dia lontarkan. Rupanya dia termakan kalimat-kalimat Agnes. Dan disadarinya kalau dirinya bukan pemuda idaman hati gadis itu.

Mungkin karma telah bicara. Dia sudah terlampau kerap menyakiti hati para gadis.

Biodata Penulis:

Viona Rosalina, lengkapnya Viona Rosalina Handoyo. Wanita yang kerap disapa Nonon ini lahir di Jakarta, 4 Mei 1979. Bermula dari keberhasilannya sebagai juara ketiga Model Sampul (Modsam) majalah Anita Cemerlang 1994, karier istri Eko Patrio ini pun melejit bak meteor. Ia ditawari syuting sebagai Mantili di sinetron populer Brama Kumbara. Kendati sibuk melakoni kariernya sebagai artis ternama Tanah Air, ia masih sempat menulis cerpen yang biasanya ia angkat dari diari dan pengalaman kesehariannya. Pada 1996, berduet bersama Effendy Wongso, ia mempublikasikan cerpen perdananya berjudul ‘Ning’ di majalah Anita Cemerlang. Cerpen ‘Dialog Jingga Keping Hati’ merupakan cerpen duetnya pula yang pernah dimuat di majalah Aneka Yess! edisi 24 Th VII 21 Nov-4 Des 1997.

Comment