Kisah Paku Kuntilanak

Foto: Istimewa

Kisah Paku Kuntilanak
Oleh Gita Nuari

Cerita dari Desa Legok Sirah, 48 Tahun Silam

MEDIAWARTA.COM – Yuni sangat terkejut setelah menemukan sebuah paku berukuran tujuh sentimeter menancap di kepala ibunya sewaktu dia sedang mencarikan kutu. Lalu sang anak menyampaikan penemuannya itu kepada ibunya “Ada paku di kepala Ibu!”

Sang ibu tak sekejut anaknya.

“Bisa kamu cabut, Yun?” perintah sang ibu akhirnya.

Yuni yang diberi tugas tampak serius memeriksanya. Perempuan yang bersuamikan Sanusi, seorang petani itu menunggu dengan harap-harap cemas. Sebab dia tahu, karena paku itulah dirinya tidak bisa lagi pergi ke dunia gaib sebagai makhluk yang bernama kuntilanak.

Sanusi yang sempat kehilangan istrinya, berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan istrinya kembali. Maka pada suatu malam, Sanusi berhasil menangkap istrinya di atas pohon asam yang ada di belakang rumahnya dan langsung memantekkan sebuah paku ke kepala istrinya sehingga tidak bisa terbang lagi. Dan ini kali adalah kesempatan yang kesekian bagi istrinya untuk bisa pergi lagi ke alam gaib yang pernah dia jalani sebelumnya.

“Kayaknya pakunya panjang, Mak. Apa tidak sakit kalau dicabut?”

Istri Sanusi itu termenung sejenak, lalu berkata: “Emak rasa tidak, Yun. Coba dicabut saja.”

“Yuni coba ya, Mak,” kata Yuni, putri bungsu keluarga Sanusi yang memiliki dua orang anak itu berusaha mencabut paku dari kepala ibunya.

Namun setelah paku itu berhasil dicabut, tiba-tiba sang ibu terbang sambil meninggalkan tawa menuju arah pohon asam di belakang rumahnya lalu menghilang di rimbun dedaunan. Menyaksikan ibunya bisa terbang, Yuni langsung pingsan. Yunar, kakak Yuni yang terakhir tahu kejadian itu langsung berlari menemui ayahnya di sungai, sedang mencuci sayuran yang baru dia petik di ladang.

Sanusi sangat terkejut setelah mendengar pengaduan anak lelakinya kalau ibunya sudah bisa terbang lagi. Tanpa banyak tanya, Sanusi berlari menuju rumahnya. Didapatkan Yuni masih tergeletak. Buru-buru Sanusi menyadarkan Yuni dengan memberi minyak angin. Yuni perlahan siuman. Lalu menceritakan ibunya telah hilang.

“Pasti ada yang mencabut paku di kepala Emak kalian!” tuding Sanusi geram. Sang anak tertunduk.

“Yuni menyesal, Pak,” aku Yuni dengan suara lemah.

“Apa yang harus disesali kalau sudah begini,” tukas sang Ayah.

“Makanya, apa-apa yang aneh di keluarga kita segera disampaikan. Berapa belas tahun sudah Bapak menyembunyikan rahasia Emak?!” Yunar mengentakkan tangannya emosi. “Sekarang…?!”

“Maaf, Bapak tidak sempat memberitahukan kalau di kepala Emak kalian ada paku yang tidak boleh kalian cabut,” terang Sanusi sambil meredam sesal di hati.

Comment