Maret 2016, Jumlah Penduduk Miskin di Sulsel 807.003 Jiwa

Kepala Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Setyo Nugroho (tengah) dalam keterangan persnya terkait angka kemiskinan di Sulsel di Kantor BPS Sulsel, Jalan Haji Bau, Makassar, Senin (18/7/2016).

MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Jumlah penduduk miskin di Sulsel pada Maret 2016 berjumlah 807.003 jiwa atau 9,4 persen dari total penduduk Sulsel.

Angka ini mengalami penurunan sebesar 0,72 poin persen atau sebesar 57.480 jiwa jika dibandingkan September 2015 dengan nilai 10,12 persen pada periode tersebut.

Sementara, jika dibandingkan kondisi Maret 2015 yang merujuk pada angka 9,39 persen, maka terjadi kenaikan yang tidak signifikan sebesar 0,01 poin persen, atau 9.031 jiwa.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Setyo Nugroho dalam keterangan persnya terkait angka kemiskinan di Sulsel di Kantor BPS Sulsel, Jalan Haji Bau, Makassar, Senin (18/7/2016).

Menurutnya, selama periode September 2015 hingga Maret 2016, penduduk miskin di daerah perdesaan turun 0,76 persen, demikian pula di daerah perkotaan juga menurun sebesar 0,42 persen.

“Komposisi penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak ada perbedaan yang signifikan. Pada Maret 2016, sebagian besar (81,52 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan, sementara pada September 2015 persentasenya 81,65 persen atau sedikit mengalami penurunan,” papar Setyo.

Adapun peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan (GK) jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2016, sumbangan GK Makanan terhadap GK sebesar 75,36 persen, sementara GK Bukan Makanan sebesar 24,64 persen.

“Pada periode September 2015 hingga Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan yang naik. Indeks Kedalaman Kemiskinan mengalami kenaikan 0,25 poin, yaitu dari 1,58 pada September 2015 menjadi 1,83 pada Maret 2016. Sementara, untuk Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami kenaikan sebesar 0,10 poin yaitu dari 0,45 pada September 2015 menjadi 0,55 pada Maret 2016,” imbuh Setyo.

Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan jauh lebih tinggi daripada daerah perkotaan.

“Pada Maret 2016, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan 0,65 poin, sementara di daerah perdesaan mencapai 2,56 poin. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan 0,12 poin, sementara daerah perdesaan mencapai 0,79 poin,” tutup Setyo.

Novianti/Foto: Effendy Wongso

Comment