Masalah gangguan jiwa di Indonesia seperti fenomena gunung es

Foto: Istimewa

MEDIAWARATA.COM, JAKARTA – Masalah gangguan jiwa di Indonesia seperti fenomena gunung es. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan, sebesar 15 persen hingga 30 persen penduduk Indonesia mengalami gangguan kejiwaan, termasuk gangguan kecemasan dan depresi berat.

Memang, data tersebut bisa jadi dasar yang mengambarkan persoalan gangguan jiwa di Indonesia. “Sementara, gangguan jiwa ini biasa disebut fenomena gunung es. Yang ditemukan hanya 15 persen hingga 30 persen persoalan jiwa dalam masyarakat itu kita sebut gangguan yang nyata, mudah dan jelas dikenal masyarakat,” terang Direktur P2 Kesehatan Jiwa dan Napza Kemenkes, Dr dr Fidiansjah belum lama ini di Jakarta.

Seperti dikutip dari detik.com, persentase yang disebutnya tadi termasuk dalam kategori depresi berat dan kecemasan. Sementara, yang 70 persen itu dianggap orang yang  belum mengalami gangguan jiwa tetapi  sudah terlihat (masalah) fenomena sosialanya.

Ia mencontohkan, kasus kejahatan seksual, korupsi, bahkan yang baru-baru ini terjadi, kasus vaksin palsu, memang terlihat fenomena sosial. Tetapi, Fidi menekankan pasti latar belakang seseorang melakukan itu tidak luput dari persoalan jiwa. Misalnya pada kasus vaksin palsu, orang itu digambarkan menghalalkan segala cara guna mencari momentum memperkaya diri.

“Mungkin persoalan saat itu terjadi kekosongan vaksin, sementara permintaan banyak. Peluang ini digunakan orang yang dalam ‘tanda kutip’ kejiwaannya tidak sehat. Bagaimana ia berpikir dapat sesuatu hal, seolah-olah mneyelesaikan masalah tetapi sebetulnya melawan aturan. Ini kalau ditelusuri, pasti akan ada gangguan kejiwaannya,” papar Fidi.

Kemudian, dalam kasus kejahatan seksual seperti pedofilia pasti ada gangguan pada dorongan seksualnya. Fidi mengungkapkan, semangat “revolusi mental” yang dicetukna Jokowi -JK, memiliki jalan menuju ke arah perbaikan mental bangsa Indonesia.

“Mudah-mudahan lembaga ini (National Institute of Mental Health) bisa jadi mitra. Lembaga ini yang nanti akan memberi kajian-kajian berbasis ilmiah serta komprehensif dari multiprofesi dan multisektor. Targetnya, pada 2017 lembaga ini sudah ada,” imbuhnya.

Comment