Menikah dengan Arwah

Foto: Istimewa

Sosok dengan rupa setulus bayi itu menatapnya dengan simpul senyum terurai di antara rimba teratai.

“A Ching!”

“Ping, kamu baik-baik saja, kan?”

“I-iya. Kamu bagaimana?!”

“Baik.”

“A Ching, kita se-sekarang berada di mana?!”

“Jangan takut, Ping. Kamu di tempatku yang teduh. Hm, kamu kelihatan agak kurusan.”

“Ak-aku….”

Ada suara gemuruh seperti guntur membelah keheningan. Lee Shiaw Ping memekik ketakutan, ia berlari memeluk sosok halus berbaju serupa jubah putih di hadapannya. Namun tangannya hampa menggapai-gapai udara. Pemuda yang pada suatu waktu pernah diakrabinya itu tak tersentuh tangan.

“Dia datang lagi!”

“Si-siapa?!”

Gadis itu mengernyit. Kejadian babur barusan memolarisasi benaknya. Menginjeksi jutaan piksel samar dalam gugusan bayang yang terangkai acak di otaknya. Ada sesuatu yang tidak beres kali ini! Ia menggigil ketakutan!

“To-tolong aku, Ping!”

“A-ada apa se-sebenarnya?! Ka-kamu ke-kenapa?!”

“Yangtze Gui! Dia hendak menjemputku! Tujuh hari lagi dia akan datang membawaku ke istananya!”

“A Ching….”

“Tolong aku, Ping! Aku mencintaimu! Jangan biarkan Yangtze Gui  memboyongku ke istananya!”

“Mak-maksud kamu apa?!”

“Setiap tahun Yangtze Gui menikahi pemuda perjaka. Hal itu merupakan perjanjiannya dengan Huang Di. Aku tidak mau, Ping! Makanya, hanya kamulah satu-satunya orang yang dapat menolongku!”

“Ak-aku?! Me-menolongmu ba-bagaimana?!”

“Nikahi aku, secepat mungkin. Sebelum tiba pada hari yang telah ditentukan untuk menjemputku!”

“Ta-tapi, ba-bagaimana mungkin….”

“Tolong aku, Ping! Yangtze Gui akan membatalkan niatnya bila mengetahui pemuda korbannya itu ternyata telah beristri! Dia akan mencari pemuda lain untuk dinikahinya!”

“Tapi….”

“Ping, aku mencintaimu!”

Gadis itu kemekmek. Suara guntur kembali menggemuruh. Perlahan sosok Mao Ching menghilang, seperti ditelan gulita yang tiba-tiba menangkup di tempat teduh itu. Ia serasa melayang lagi. Terbang, dan jatuh di suatu tempat yang telah diakrabinya sejak lahir.

Ia terbangun dengan napas tersengal-sengal.

Comment