Overvalue

Foto: worldsoccertalk.com

Overvalue
Oleh Rudy Mandagi

MEDIAWARTA.COM – Beberapa hari terakhir, kita mendengar Manchester United (MU) akan membeli Paul Pogba dari Juventus senilai 100 juta pound atau sekitar Rp 1,7 triliun. Pembelian ini akan memecahkan rekor dunia dalam hal transfer dalam sejarah sepak bola.

Apakah pantas nilainya sebegitu? Paul Pogba adalah pemain nasional Perancis, yang pada 2012 dijual MU ke Juventus dengan bebas biaya. Dalam EURO 2016, pemain terbaik adalah Antoine Griezmann yang juga membela Perancis.

Maka nilai 100 juta pound kemudian dianggap terlalu berlebihan. Untuk menjadi pemain termahal, maka tentu harus bisa sangat berpengaruh. Jika nilai itu ditujukan kepada Lionel Messi (Barcelona) ataupun Christiano Ronaldo (Real Madrid), maka tentu tidak ada yang akan bertanya. Itulah yang dimaksud dengan nilai yang sesuai. Jika overvalue, maka pertanyaan berikutnya adalah berapakah nilainya di kemudian hari?

Kembali ke urusan sehari-hari. Berhemat dan pelit tentu sangat berbeda. Begitupun dengan kemewahan dan memberdayakan. Berhemat adalah mengeluarkan sesuatu sesuai kebutuhan dan pelit adalah tidak mau mengeluarkan sesuatu meski butuh.

Sementara, kemewahan adalah berlebihan mengeluarkan sesuatu untuk kesenangan dan harga diri dan memberdayakan adalah mengeluarkan sesuatu untuk menjadikan orang lain sesuatu. Berhemat dan pelit adalah tabungan dan kemewahan dan memberdayakan adalah cost.

Maka seperti fantasi saya sebelum tidur malam ini, menabunglah dengan cara yang baik dan costinglah dengan cara beradab.

Kembali ke overvalue sepak bola, ujungnya adalah harga jersey akan naik, tiket nonton akan naik, siaran lansung setiap tahun harus beli decoder, semakin banyak pengaturan score dan olahraga semakin jauh dari esensinya

Sama seperti bidang lain, semakin banyak orang akan semakin jauh dengan layanan terbaik karena semua akan terasa mahal. Semua orang akan memikirkan dirinya sendiri, seolah dunia ini tempat sewa menyewa saja, bukan tempat yang indah lagi, karena kita semua membiarkan overvalue terjadi.

Overvalue harus ditentang, bukan dipuji sebagai ekonomi yang fenomenal, karena efeknya tidak fenomenal melainkan sangat merusak. Lebih baik undervalue, meskipun kemudian akan memperlambat inovasi. Yang terbaik selalu yang berkeseimbangan, ada ruang untuk pemeliharaan dan inovasi.

Comment