Kisah Robin Hood Indonesia yang kecewa atas boikot Indonesia di Olimpiade Moscow 1980

Reza Rahardian, pemeran Donald Pandiangan dalam film 3 Srikandi. Foto: Istimewa

MEDIAWARTA.COM – Kisah Robin Hood Indonesia yang kecewa atas boikot Indonesia di Olimpiade Moscow 1980. Sudah menoton film 3 Srikandi? Film yang mengangkat kisah terkait atlet panahan putri Indonesia yang sukses mendulang medali perak dalam Olimpiade Seoul 1988.

Sukses ketiga atlet panahan putri ini, tidak terlepas dari tangan dingin pelatih yang dijuluki “Robin Hood dari Indonesia”, Donald  Pandiangan. Julukan itu tidak terlepas dari prestasi mantan atlet panahan Indonesia yang berhasil mengukir prestasi sebagai juara Sea Games sebanyak empat kali.

Donald meninggal di Jakarta, 20 Agustus 2008 pada umur 62 tahun. Sebagai pelatih, pria kelahiran Sidikalang, 12 Desember 1945 ini berhasil membawa trio Srikandi Indonesia, Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani merebut medali perak Olimpiade Seoul 1988 yang merupakan medali pertama bagi Indonesia sepanjang sejarah partisipasinya dalam Olimpiade.

Donald Pandiangan meninggal dalam usia 63 tahun pada 20 Agustus 2008, setelah dirawat sejak 17 Agustus 2008 di RS Cikini Jakarta akibat menderita stroke.

Donald Pandiangan, Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani, saat foto bersama usai menerima medali perak pada Olimpiade Seoul 1988. Foto: Istimewa

Seperti kisah dalam film 3 Srikandi, keikutsertaan Pandi, sebutan akrab Donald Pandiangan sebagai pelatih tim panahan putri mulanya diwarnai penolakan atas kekecewaannya karena gagal mengikut Olimpiade Moskow pada 1980.

Saat itu, pemerintah Indonesia memboikot Olimpiade Moscow pasca invasi Uni Soviet (sekarang Rusia) ke Afganistan, sehingga impian Donald Pandiangan untuk tampil dan merebut medali gagal. Selama hampir delapan tahun, ia terpuruk dan menyesali kegagalan tersebut sehingga menghilang dari dunia panahan di Tanah Air, sebelum akhirnya kembali tampil sebagai pelatih untuk tim panahan putri yang akan berangkat ke Olimpiade Seoul 1988.

Indonesia pertama kali ikut Olimpade Musim Panas saat diselenggarakan di Helsinki, Finlandia pada 1952 silam. Pergelaran yang menempatkan Amerika Serikat (AS) sebagai juara umum tersebut menjadi pertanda keikutsertaan Indonesia dalam kompetisi olahraga dunia tersebut, mesekipun saat itu baru mengirimkan tiga atlet: Soedarmojo untuk cabang atletik, Soeharko untuk cabang renang dan Thio Ging Wie untuk angkat besi.

Indonesia yang tidak pernah berpartisipasi dalam Olimpiade musim dingin, membentuk Komite Olimpiade Indonesia (KOI) yang cikal bakalnya mulai lahir pada 1946. Secara resmi organisasi ini diterima menjadi anggota Komite Olimpiade Internasuonal pada enam tahun kemudian.

Sejak itu, sepanjang sejarah pelaksanaan Olimpiade Musim Panas, Indonesia selalu turut berpartisipasi dengan mengirimkan kontingennya, kecuali pada 1964 dan 1980.

Pada 1964, ketika itu Indonesia dan Korea Utara turut berpartisipasi dalam aksi boikot atas pelaksanaan Olimpiade Tokyo, Jepang setelah beberapa atletnya didiskualifikasi. Alasannya akibat mengikuti pesta olah raga negara-negara berkembang (The Games of the New Emerging Forces/Ganefo) di Jakarta pada 1963.

Comment