Kontingen Indonesia dipuji di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, ada apa?

Foto: Kai Pfaffenbach/Reuters

MEDIAWARTA.COM, RIO DE JANEIRO – Kontingen Indonesia dipuji di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, ada apa? Pembukaan Olimpiade Rio de Janeiro, Brasi 2016, Sabtu (6/8/2016) pagi waktu Indonesia berlangsung meriah. Negara-negera peserta menampilkan aksi terbaiknya dalam pembukaan yang digelar di Stadion Maracana di Kota Rio.

Olimpiade Rio de Janeiro mempertandingkan 28 cabang olahraga dan diikuti 206 negara peserta. Olimpiade Rio memiliki moto “Um Mundo Novo” yang dalam bahasa Indonesia “Dunia Baru”.

Parade kontingen di upacara pembukaan diawali tim Yunani. Sementara, tuan rumah, Brasil muncul di urutan terakhir. Kontingen Indonesia diperkenalkan setelah India. Atlet lompat jauh kebanggaan Indonesia, Maria Natalia Londa membawa bendera dengan pakaian adat Bali.

Peraih medali emas Asian Games 2014 Incheon itu didampingi Chef de Mission Raja Sapta Oktohari. Sementara, atlet lainnya mengenakan jas putih bercorak Garuda merah dan batik Parang. Selain Maria, seluruh rombongan mengibarkan bendera Merah-Putih berukuran kecil.

Dikutip dari liputan6.com, pembukaan Olimpiade tahun ini disambut pidato Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach. Dalam pidatonya, Bach menyerukan perdamaian di seluruh dunia. “Di Olimpiade ada satu peraturan yang berlaku buat semuanya, kita adalah sama,” serunya.

Berikut, beberapa fakta menarik di pembukaan Olimpiade Rio de Janeiro 2016, antara lain kostum Indonesia menuai pujian. Keputusan Indonesia untuk tampil total dalam pembukaan Olimpiade Rio tidak sia-sia. Media Inggris, BBC memuji penampilan kontingen Indonesia yang menampilkan baju adat Lampung, Papua, dan Bali.

“Banyak negara bermain aman dengan hanya memakai tracksuit. Tetapi beberapa negara berani tampil berbeda. Aplaus untuk Indonesia,” tulis BBC pada laman bbcnews.com.

Indonesia mengirimkan 28 atlet di Olimpiade kali ini. Para atlet akan berkompetisi pada tujuh cabang olahraga. Ketujuh cabang olahraga itu adalah panahan, dayung, angkat besi, bulutangkis, renang, sepeda, dan atletik.

Panitia Olimpiade Rio de Janeiro sepertinya tidak ingin gelaran Olimpiade dilupakan begitu saja saat sudah selesai. Oleh karena itu, panitia pun memutuskan membuat hal berbeda untuk Olimpiade kali ini.

Panitia memberikan bibit pohon untuk para atlet yang mengikuti upacara pembukaan. Bibit pohon itu nantinya akan ditanam di area Deodoro. Harapannya, kawasan ini akan jadi hutan atlet. “Ini akan jadi warisan Olimpiade Rio 2016,” demikian tercantum dalam situs resmi Olimpiade.

Kontingen Tuvalu jadi kontingen yang paling kecil. Negara yang terletak di Samudra Pasifik itu cuma mengirim satu atlet, Etimoni Timuani. Timuani akan bertanding di cabang olahraga atletik. Bagi negara Tuvalu, ini adalah ketiga kalinya mereka ikut Olimpiade setelah Olimpiade 2008 di Beijing dan 2012 di London.

Kontingen pengungsi (refugee team) juga jadi daya tarik di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Kehadiran mereka menjadi pesan perdamaian di Olimpiade kali ini. Kontingen pengungsi yang terdiri dari 10 atlet ini pun mendapat sambutan meriah saat upacara pembukaan. Rinciannya, enam atlet pria dan empat atlet wanita.

“Salam para atlet, Anda mengirimkan pesan harapan dari jutaan pengungsi di seluruh dunia. Di Olimpiade kali ini, kami tidak hanya menoleransi perbedaan, kami menyambut kalian sebagai elemen baru dalam persatuan dan perbedaan,” kata Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach.

Olimpiade Rio de Janeiro 2016 juga jadi Olimpiade pertama bagi dua negara, Kosovo dan Sudan Selatan. Kosovo pertama kali diakui Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada 2014. Sementara, Sudan baru diakui tahun lalu. Dalam parade pembukaan, bendera Kosovo dibawa atlet judo Mjlinda Kelmendi. Di Olimpiade London 2012, Kelmendi berkompetisi untuk Albania.

“Ini jadi momen bersejarah buat negara saya dan juga saya. Ini sangat memotivasi saya,” ujar Kelmendi terkait keikutsertaan Kosovo pertama kali di Olimpiade, seperti dilansir AP. Kosovo mengirim delapan atlet di Olimpiade kali ini.

Di sisi lain, Sudan Selatan hanya mengirimkan tiga atlet. Sebelum Sudan Selatan terdaftar, salah satu atlet mereka, Guor Marial terpaksa berkompetisi di Olimpiade London 2012 sebagai atlet independen.

Comment